Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan Chainalysis mengungkapkan soal pencurian kripto sepanjang 2025. Tercatat lebih dari US$3,4 miliar (Rp 56 triliun) total nilai penipuan kripto pada tahun ini.
Dari jumlah itu, termasuk peretasan Bybit pada bulan Februari lalu. Pencurian kripto itu sebesar US$1,5 miliar atau Rp 25 triliun.
Laporan tersebut berasal dari Chainalysis. Selain itu juga mencatat pencurian dompet pribadi dari hanya 7,3% ada 2022, meningkat pesat 44% pada 2024.
Serangan Bybit juga berdampak pada pencurian hingga mencapai 37%, dikutip Jumat (19/12/2025).
Studi yang sama mengungkapkan layanan terpusat mencatat kerugian yang kian besar. Disebabkan karena adanya pelanggaran kunci privat.
Platform ini dilaporkan rentan karena tantangan keamanan. Pelanggaran juga jarang terjadi, namun skalanya menjadi sebagian besar volume data yang dicuri.
Dalam laporan itu juga disebut Korea Utara tetap menjadi ancaman untuk keamanan mata uang kripto. Juga mencatat serangan pencurian kripto terburuk.
Peretas di negara itu mencuri US$2,02 miliar (Rp 33,8 triliun) sepanjang 2025. Angka ini meningkat 51% dari tahun sebelumnya.
Serangan Korea Utara menyumbang rekor 76% dari semua masalah yang ada. Secara keseluruhan, perkiraan kumulatif dana mata uang kripto yang dicuri Korea Utara menjadi US$6,75 miliar (Rp 112,9 triliun).
Dengan serangan sebesar itu, Korea Utara hanya terlibat pada insiden yang lebih sedikit. Salah satunya adalah modus pekerja TI dalam layanan kripto dan peniruan identitas dengan target para eksekutif.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]

















































