Israel Siap Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza, Begini Respons Hamas

8 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Jalur Gaza terus membayangi meski muncul sinyal diplomatik baru. Hamas menyatakan tengah mempelajari proposal gencatan senjata baru yang diajukan oleh para mediator internasional.

Namun, Hamas menegaskan bahwa mereka hanya akan menyetujui kesepakatan yang benar-benar mengakhiri perang dan memastikan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah tersebut.

"Gerakan perlawanan telah menerima usulan dari para mediator dan saat ini tengah mengadakan pembicaraan untuk menjembatani perbedaan agar dapat kembali ke meja perundingan dan mencoba mencapai kesepakatan gencatan senjata," kata Hamas dalam pernyataannya, dilansir Al Jazeera, Kamis (3/7/2025).

"Kami bertujuan mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang di Gaza dan memastikan penarikan pasukan pendudukan dari wilayah tersebut."

Pernyataan para Rabu itu muncul sehari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Israel telah menyetujui proposal gencatan senjata selama 60 hari dan menyerukan kepada Hamas agar menerima tawaran tersebut sebelum situasi semakin memburuk.

Trump, yang makin aktif menekan kedua pihak untuk menyepakati gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza, menyebut bahwa periode 60 hari itu akan dimanfaatkan untuk merintis pengakhiran konflik.

Namun, harapan itu segera diuji. Hamas dalam pernyataannya kembali menegaskan bahwa mereka hanya akan mempertimbangkan kesepakatan yang benar-benar mengakhiri perang, bukan sekadar jeda sementara, menimbulkan pertanyaan apakah proposal terbaru ini bisa benar-benar menghasilkan penghentian kekerasan di lapangan.

Hanya beberapa saat setelah Hamas mengeluarkan pernyataannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merespons tegas. "Tidak akan ada Hamas di Gaza pascaperang," ujarnya.

Sikap keras Israel juga diperkuat dengan ancaman eskalasi militer. Menurut laporan media AS Axios, para pejabat Israel memperingatkan bahwa militer mereka akan meningkatkan operasi jika proses negosiasi tidak menunjukkan kemajuan.

Seorang pejabat senior Israel yang dikutip Axios menyatakan, "Kami akan lakukan terhadap Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi di tengah seperti yang kami lakukan terhadap Rafah. Semuanya akan menjadi debu. Ini bukan opsi yang kami inginkan, tapi jika tidak ada pergerakan menuju kesepakatan sandera, kami tidak punya pilihan lain."

Meski demikian, beberapa suara dari dalam kabinet Israel menunjukkan dukungan terhadap inisiatif yang didukung AS. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menekankan bahwa setiap peluang untuk membebaskan para sandera yang ditahan di Gaza tidak boleh dilewatkan. "Ada banyak dukungan, baik dari dalam kabinet maupun dari masyarakat umum, terhadap proposal ini," ujar Saar.

Namun, tidak semua menteri Israel sepakat. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich belum menyatakan dukungan terhadap usulan tersebut secara terbuka.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article AS Diam-Diam Temui Hamas, Trump Berikan Peringatan Terakhir

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |