Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor perhotelan tengah sekarat karena menurunnya okupansi akibat kebijakan efisiensi pemerintah. Kalangan pelaku usaha hotel juga mengungkapkan banyak pemilik yang tidak kuat dan akhirnya memilih untuk menjual asetnya tersebut.
Di situs jual beli juga banyak hotel di Jakarta yang tengah diobral, bahkan untuk di wilayah Jakarta saja ada 300 iklan yang tengah dilego.
"Kalau di OLX ada, benar mau dijual itu, sepanjang ada di OLX," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (8/6/2025).
Salah satunya Hotel Grand Menteng yang dijual Rp 130 miliar. Luas tanahnya 3.000 m2 dengan jumlah lantai sebanyak 9 Lantai serta basement, kemudian jumlah kamar sebanyak 100 Kamar.
Kemudian ada juga hotel Losari di Cideng, Jakarta Pusat yang merupakan hotel Bintang 3 dijual dengan nilai 50% dari nilai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP total bernilai Rp 119 miliar namun ditawarkan dengan harga Nett 60 miliar, artinya ada diskon Rp 59 miliar.
Iwan membenarkan bahwa hotel-hotel tersebut memang tengah dijual, namun Ia tidak mengetahui alasan dijualnya hotel tersebut.
"Masalahnya apa? saya nggak tau ya, itu urusan internal dari mereka," kata Iwantono.
Penjualan hotel secara daring dinilai sebagai jalan terakhir yang diambil pelaku usaha setelah berbagai upaya efisiensi dilakukan. Dari pengurangan karyawan, penghentian rekrutmen baru, hingga memangkas promosi yang semua sudah dicoba demi bertahan di tengah merosotnya okupansi dan melonjaknya biaya operasional.
"Pasar pemerintah menyusut karena anggaran dipotong. Wisatawan asing pun masih minim. Sementara kita dibebani berbagai regulasi dan sertifikasi yang biayanya tidak kecil," tambah Sutrisno.
Foto: Hotel Dijual (Tangkapan Layar via rumah.com)
hotel Rp 80m jadi Rp 40m (tangkapan Layar via rumahcom)
Siap-Siap Badai PHK
Tekanan berat tengah mengguncang industri perhotelan di Jakarta. Misalnya okupansi berkurang drastis, pendapatan megap-megap karena daya beli masyarakat anjlok, hingga lonjakan biaya operasional seperti tarif air bersih melonjak hingga 71% dan harga gas industri naik 20%.
"Seluruhnya lah, hotel bintang 1, bintang 2 sampai bintang 5," kata dia.
Banyak pengusaha mengaku bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) jika situasi tidak segera membaik. Prediksi PHK mencapai 10-30% dari total karyawan, terutama bagi pekerja kontrak dan harian lepas.
"Kecuali yang sudak mentok, nggak bisa lagi ngurangi," kata Iwantono.
Kondisi ini membuat industri hotel dan restoran yang sebelumnya menjadi tulang punggung sektor pariwisata dan penyerap tenaga kerja di Jakarta dengan 603.000 orang bergantung pada sektor ini, terancam masuk ke fase kritis.
PHRI pun berharap pemerintah tidak hanya memandang masalah ini sebagai penurunan musiman, tapi juga sebagai sinyal bahaya bagi ekosistem pariwisata perkotaan.
"Kalau tidak ada intervensi cepat dari pemerintah, seperti relaksasi anggaran perjalanan dinas dan perbaikan strategi promosi wisata, krisis ini bisa berdampak lebih luas, bahkan ke sektor lain seperti UMKM, logistik, dan seni budaya," tegas Iwantono.
(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Industri Lesu-PHK, Paket Insentif Prabowo Bisa Genjot Ekonomi?
Next Article Orang Check-in Hotel Minim Saat Ramadan, Hotel di Jakarta Sepi Lengang