FOTO Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
18 September 2025 12:00

Polisi Ekuador menggunakan gas air mata untuk membubarkan aksi demonstrasi warga yang menentang penghapusan subsidi solar oleh pemerintah di Quito, Ekuador, Selasa (16/9/2025). (Reuters)

Kerusuhan meletus ketika para demonstran melemparkan benda-benda ke arah polisi anti huru-hara, yang kemudian direspons dengan menembakkan gas air mata dan maju ke arah kerumunan. (Reuters)

Di pinggiran Quito, para demonstran juga memblokir jalan raya dengan batu, gundukan tanah, dan barikade yang dibakar. Polisi dan militer berupaya membersihkan blokade jalan, menggunakan buldoser untuk membersihkan puing-puing. (Reuters)

Protes tersebut bermula dari keputusan pemerintah pekan lalu untuk menghapus subsidi solar US$1,1 miliar (Rp 18 triliun), yang digunakan oleh sektor transportasi berat, kendaraan penumpang, dan pertanian. (Reuters)

Penghapusan subsidi ini meningkatkan harga solar dari US$1,80 (Rp 16 ribu) menjadi US$2,80 (Rp 29.600) per galon, memicu penolakan luas dari para pengunjuk rasa yang berpendapat bahwa kebijakan tersebut akan meningkatkan biaya hidup. (Reuters)

Presiden Daniel Noboa mengumumkan keadaan darurat pada hari Selasa di tujuh provinsi. Keadaan darurat selama 60 hari tersebut melarang kerumunan berkumpul di tujuh provinsi yang terdampak dan memberi wewenang kepada kepolisian dan militer untuk "mencegah dan membubarkan pertemuan publik jika teridentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan warga". (Reuters)