Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga emas dunia selama sepekan mengalami antiklimaks di pengujung. Kembali dibukanya pemerintahan Amerika Serikat (AS) dan memudarnya harapan penurunan suku bunga Bank Sentral (The Fed) di akhir tahun melengserkan harga logam mulia tersebut.
Mengutip data Refinitiv, harga emas pada penutupan perdagangan Jumat (15/11/2025) tercatat di US$4.079,65 per troy ons atau ambles 2,2% dari posisi sebelumnya. Walau ditutup melemah, kinerja sepanjang pekan masih tercatat positif 2%.
Harga emas dunia mengawali pekan ini dengan raihan positif. Tiga hari pertama harga emas menguat secara berturut-turut. Bahkan sempat mencatatkan rekor kenaikan sehari tertinggi sejak 15 April 2025 pada perdagangan Senin (10/11/2025). Saat itu harga emas melonjak 2,92% dalam satu hari dan rekor sebelumnya mengalami kenaikan 3,58%.
Harga emas melesat karena kekhawatiran ekonomi AS yang lemah memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) bulan depan, sementara dolar yang lebih lemah memberikan dukungan lebih lanjut untuk emas batangan. Harga emas naik juga didorong pelemahan dolar AS waktu itu.
"Ada kekhawatiran mengenai ekonomi AS karena data yang lemah, dan fokus utama tetap pada indeks dolar," ujar Jigar Trivedi, analis riset senior di Reliance Securities dikutip Sabtu (15/11/2025).
Pembelian aset safe haven juga meningkat akibat perang dagang yang berkepanjangan dan ketegangan geopolitik, yang mendorong harga emas batangan, tambah Trivedi.
Data pekan lalu menunjukkan ekonomi AS kehilangan lapangan kerja pada Oktober 2025, dengan kerugian di sektor pemerintah dan ritel.
Selain itu, sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam hampir 3,5 tahun pada awal November, terbebani oleh kekhawatiran atas dampak ekonomi dari penutupan pemerintah terlama yang pernah ada.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett memperingatkan dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Minggu bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal keempat dapat berubah negatif jika penutupan berlanjut saat itu.
Selain itu, pelaku pasar sekarang melihat peluang 65% penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember.
Emas, yang tidak menghasilkan bunga, biasanya diuntungkan oleh lingkungan suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi.
Namun, harga emas ditutup melemah pada dua perdagangan terakhir. Pada Kamis (13/11/2025) harga emas spot menyusul kembali dibukanya pemerintahan AS.
"Logam mulia terjebak dalam aksi jual yang meluas, di mana saham, obligasi, dolar, dan kripto semuanya tertekan dan berada di zona merah. Ini adalah praktik klasik beli-rumor, jual-semuanya setelah pemerintah AS dibuka kembali," ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen dikutip Sabtu (15/11/2025). Ditambah pudarnya ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed).
"Gagasan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember akan lebih kecil inilah yang melemahkan pasar emas dan perak," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan turun menjadi 50%, dari 64% awal minggu ini, menurut alat FedWatch CME Group.
Emas yang tidak menghasilkan imbal hasil cenderung berkinerja baik selama periode ketidakpastian ekonomi dan dalam lingkungan suku bunga rendah.
"Ketika margin call dan likuidasi terjadi, para pedagang menutup semuanya untuk membebaskan margin. Inilah yang sebagian menjelaskan mengapa emas pun turun dalam lingkungan penghindaran risiko ini," ujar Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, dalam sebuah catatan.
(ras/ras)


















































