Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman perubahan iklim terhadap bumi kian nyata. Setelah ribuan gletser lenyap dalam beberapa dekade terakhir, dunia kini hanya tinggal menunggu waktu menuju puncak kepunahan gletser secara global.
Sebelumnya ratusan orang berkumpul di Swiss pada 2019 untuk menghadiri prosesi perpisahan sebuah gletser berusia 700 tahun bernama Pizol. Dengan suasana layaknya pemakaman manusia-pelayat berpakaian hitam, bunga diletakkan, dan doa dipimpin seorang pastor-Pizol "dimakamkan" secara simbolis setelah perubahan iklim akibat aktivitas manusia membuatnya lenyap, tersisa hanya bongkahan es kecil.
Namun, Pizol bukanlah satu-satunya. Ribuan gletser di seluruh dunia telah menghilang dalam beberapa dekade terakhir dan laju kepunahannya diperkirakan akan semakin cepat seiring pemanasan global yang terus berlanjut.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan. Pada pertengahan abad ini, jumlah gletser yang hilang diperkirakan mencapai puncaknya hingga 4.000 gletser per tahun apabila emisi gas rumah kaca terus meningkat. Angka tersebut setara dengan hilangnya seluruh gletser di Pegunungan Alpen Eropa hanya dalam satu tahun.
Selama ini, riset perubahan iklim lebih banyak menyoroti luas atau volume es yang mencair. Namun studi ini justru menitikberatkan pada jumlah gletser yang benar-benar punah. Para peneliti menilai pendekatan ini penting karena menunjukkan bahwa perubahan iklim bukan sekadar mencairkan es, tetapi menghapus keberadaan gletser secara total.
"Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan sebagian es mencair, tetapi memicu kepunahan banyak gletser," ujar Matthias Huss, glasiolog dari ETH Zürich dan salah satu penulis studi tersebut, dikutip dari CNN, Sabtu (20/12/2025).
Dalam risetnya, para ilmuwan menggunakan basis data global gletser dan model iklim untuk menentukan kapan sebuah gletser tak lagi memenuhi kriteria sebagai gletser. Batasannya adalah ketika luasnya menyusut di bawah 0,01 kilometer persegi atau volumenya tinggal kurang dari 1% dibandingkan kondisi sekitar tahun 2000.
Hasilnya, kepunahan gletser global diperkirakan mencapai puncak sekitar pertengahan abad ini, dengan waktu dan skala yang bergantung pada tingkat pemanasan global. Jika dunia mampu membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius-target yang saat ini dinilai sulit tercapai-puncak kepunahan akan terjadi sekitar 2041 dengan sekitar 2.000 gletser hilang per tahun.
Namun, pada skenario pemanasan 4 derajat Celsius, puncaknya bergeser ke pertengahan 2050-an dengan intensitas mencapai 4.000 gletser per tahun, atau 3 hingga 5 kali lebih cepat dibandingkan laju kehilangan saat ini. Dengan proyeksi kebijakan iklim global saat ini, dunia berada di jalur pemanasan sekitar 2,7 derajat Celsius, yang berarti sekitar 3.000 gletser bisa lenyap setiap tahun sepanjang 2040-2060.
Dampak paling cepat akan dirasakan di wilayah dengan dominasi gletser kecil seperti Alpen Eropa, sebagian Andes, dan Asia Utara. Di kawasan-kawasan ini, lebih dari separuh gletser diperkirakan akan menghilang dalam dua dekade ke depan, dengan puncak kepunahan terjadi sekitar 2040.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]

















































