Duit Instagram dan Facebook dari Judi Online Terbongkar

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Meta Platforms, perusahaan induk Facebook dan Instagram, disebut mengetahui bahwa jaringan penipu asal China telah mengeruk miliaran dolar AS dari para pengguna.

Namun, demi menjaga pendapatan, perusahaan justru diduga membiarkan praktik tersebut terus berlangsung.

Laporan investigasi Reuters mengungkapkan bahwa sepanjang 2024, Meta meraup lebih dari US$3 miliar (sekitar Rp 50 triliun) dari iklan bermasalah yang berasal dari China.

Angka tersebut setara dengan sekitar 19% dari total pendapatan iklan Meta di negara tersebut, meskipun pemerintah China melarang warganya mengakses Facebook dan Instagram.

Pendapatan tersebut berasal dari iklan penipuan, konten pornografi, perjudian ilegal, hingga berbagai aktivitas terlarang lainnya. Padahal, Meta sempat membentuk tim khusus anti-fraud yang berfokus menangani iklan penipuan dari China.

Upaya ini sempat membuahkan hasil dengan menurunkan kontribusi iklan penipuan menjadi 9% pada paruh kedua 2024. Namun, tim tersebut kemudian dibubarkan dalam restrukturisasi internal yang disebut-sebut melibatkan arahan langsung dari CEO Meta, Mark Zuckerberg.

Menurut laporan yang dikutip dari New York Post, sejumlah dokumen internal menyebutkan bahwa penghentian tim dilakukan seiring perubahan strategi integritas perusahaan.

Akibatnya, pada pertengahan 2025, kontribusi iklan penipuan kembali melonjak hingga mencapai 16% dari total pendapatan Meta yang berasal dari China.

Meta bahkan mengidentifikasi China sebagai sumber terbesar iklan penipuan di platformnya. Sekitar seperempat dari seluruh iklan penipuan global disebut berasal dari negara tersebut, menjadikannya "pengekspor penipuan" terbesar bagi Meta.

Dokumen internal juga menunjukkan kekhawatiran staf Meta terkait iklan bermasalah dari agensi China, termasuk promosi konten seksual, senjata, hingga kekerasan terhadap hewan. Namun, usulan penindakan urung dilakukan karena dinilai berisiko besar terhadap pendapatan perusahaan.

Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Meta Andy Stone membantah tudingan bahwa Zuckerberg menghambat upaya penegakan aturan. Ia menegaskan Meta telah menghapus atau menolak 245 juta iklan yang melanggar kebijakan penipuan dalam 18 bulan terakhir.

Meski demikian, analisis independen dari firma konsultan Propellerfish menilai penegakan aturan Meta terhadap pelanggaran berbasis China tidak konsisten dan tertinggal dibanding pesaing seperti TikTok dan Google.

Data dari SafelyHQ juga menunjukkan Facebook kini menjadi platform media sosial dengan tingkat penipuan tertinggi, dengan 85% korban penipuan menyebut Facebook sebagai sumber awal kasus.

Situasi ini mendorong sejumlah senator Amerika Serikat mendesak penyelidikan federal terhadap Meta.

Kritik juga mengarah pada kebijakan Meta yang tetap mengizinkan pengiklan berisiko tinggi beroperasi dengan membayar biaya lebih mahal, praktik yang dinilai membuka ruang "bayar untuk melanggar".

(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |