COIN Masuk FCA, CDIA Belum: Kok Bisa Beda?

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Euforia saham yang baru saja melaksanakan Initial Public Offering (IPO) rasanya belum luntur. Lantaran duo saham IPO jumbo PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) masih menjadi perbincangan hangat.karena mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) berhari-hari.

Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat mengenakan Unusual Market Activity (UMA) hingga suspensi saham bahkan salah satunya kini masuk dalam papan pemantauan khusus alias Full Call Auction (FCA).

Duo saham IPO jumbo kini sudah mencatatkan kenaikan market cap yang luar biasa usai kenaikan tajam tanpa penurunan.

Duo IPO Jumbo PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) melantai bersama pada 9 Juli 2025. Karena kenaikan saham yang luar biasa, keduanya sempat dikenakan UMA hingga suspensi pertama, akan tetapi pada suspensi kedua, mereka tidak dikenakan bersamaan.

Hingga hari ini Kamis (24/7/2025), saham CDIA masih dalam masa suspense alias diberhentikan perdagangannya.

Sementara itu,  saham COIN masuk dalam papan pemantauan khusus. Terpantau saham COIN masuk dalam kriteria no.10 yakni dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 (satu) hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.

UMA biasanya dikenakan pada sebuah saham yang mencatatkan ARA selama 6 hari beruntun. Usai UMA, BEI biasanya akan mengenakan suspensi alias pemberhentian perdagangan pada saham tersebut selama satu hari.

Usai suspensi, jika saham tersebut masih mencatatkan ARA, maka BEI akan kembali mengenakan suspensi yang biasanya bisa terjadi selama 2 hari. Usai 2 hari suspensi, saham tersebut otomatis akan masuk dalam efek pemantauan khusus alias FCA.

FCA merupakan pola perdagangan khusus di BEI di mana saham hanya diperdagangkan pada sesi lelang (auction) pada jam tertentu dan tidak bisa ditransaksikan secara normal sepanjang sesi reguler.

Saham yang masuk FCA hanya bisa diperdagangkan saat auction pada pukul 09:00, 11:30, dan 14:30 WIB. Tidak ada auto-matching berjalan seperti saham normal. Risiko likuiditas sangat tinggi, sulit keluar saat harga jatuh.

Selain itu, kenaikan dan penurunan saham maksimal hanya 10%, berbeda dengan Batasan ARA ARB pada saham yang tidak masuk dalam pemantauan khusus.

Menariknya, meskipun IPO CDIA dan COIN sama-sama melantai di BEI pada tanggal yang sama, sayangnya kedua tidak bergerak seirama usai suspensi pertama. Dimana saham CDIA masih melanjutkan ARA ditengah suspensi kedua saham COIN. Hingga saat ini belum ada peraturan pasti kapan suspensi diberlakukan pada sebuah saham yang memiliki volatilitas transaksi tinggi, namun keduanya akan berakhir masuk dalam efek pemantauan khusus.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |