Jakarta, CNBC Indonesia - China mengubah strategi portofolio cadangan mereka. China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia secara aktif mengurangi kepemilikannya atas surat utang pemerintah Amerika Serikat dan secara agresif menambah cadangan emasnya.
Langkah ini bukan hanya mencerminkan strategi keuangan nasional, tetapi juga menjadi sinyal kuat bahwa sistem moneter global sedang bergeser dari dominasi dolar menuju diversifikasi yang lebih luas, terutama China.
Pada April 2025 China mengurangi kepemilikan surat utang Amerika Serikat sebesar US$ 8,2 miliar atau Rp132,6 triliun (kurs Rp16.180/US$).
Total kepemilikan kini turun menjadi US$ 757 miliar atau setara dengan Rp1,22 kuadriliun dan merupakan level terendah sejak tahun 2009.
Ini adalah bulan kedua berturut-turut China melakukan penjualan atau di masa periode pemerintahan Donald Trump. China ada di posisi ketiga sebagai pemegang asing terbesar US Treasury setelah Jepang dan Inggris. Inggris kini tercatat memegang lebih dari US$ 807 miliar setara dengan Rp13,06 kuadriliun
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mengurangi eksposur terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sekaligus menyeimbangkan struktur cadangan devisa nasional.
Bagi Amerika, langkah China menjadi kerugian besar karena mereka kehilangan portofolio dari salah satu investor terbesarnya.
Diversifikasi ke Emas
China terus menambah cadangan emas selama tujuh bulan berturut-turut hingga Mei 2025. Data World Bank Council menunjukkan China menambah 14,9 juta ton emas pada tahun ini sehingga total cadangan emas China mencapai 2.292 ton.
Sejak tahun 2022 proporsi emas dalam cadangan devisa China telah berlipat ganda dan kini mencapai 6,8%. Sementara itu proporsi kepemilikan surat utang Amerika Serikat dalam total cadangan devisa turun menjadi sekitar 22% yang merupakan level terendah dalam 15 tahun terakhir.
Analis makro global Adam Kobeissi menyebut langkah ini sebagai strategi diversifikasi ekstrem yang mencerminkan upaya menghindari risiko geopolitik dan ketergantungan terhadap dolar dalam sistem keuangan global.
Langkah China untuk mengurangi kepemilikan dolar dan meningkatkan cadangan emas merupakan bagian dari transformasi besar dalam sistem keuangan global.
Dunia bergerak menuju era baru di mana ketergantungan terhadap dolar mulai digantikan oleh diversifikasi aset yang lebih luas termasuk emas.
Bagi Indonesia memahami dinamika ini sangat penting untuk menjaga stabilitas eksternal dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)