Bukan Dari Asing! IHSG Hijau 11 Hari Berkat Investor Domestik

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil naik 11 hari beruntun, ternyata didorong investor domestik, bukan asing.

Pada kemarin Senin (21/7/2025), IHSG mengakhiri posisi di 7.398,19. Sepanjang hari menguat 1,18% atau 86,27 poin, menandai penguatan selama 11 hari beruntun dan merupakan reli terkencang pertama sejak era Reformasi. 

Sebenarnya sempat ada penguatan selama 12 hari tetapi sempat terpotong di tengah dengan penyusutan tipis 0,1%, yakni pada 30 Maret 1999 - 19 April 2025. 

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji menyampaikan "Kenaikan IHSG belakangan ini cenderung didorong oleh investor domestik, baik ritel maupun institusi. Hal ini terjadi karena investor asing masih terus mencatatkan net sell, yang nilainya sudah mendekati Rp60 triliun."

Sepanjang perdagangan kemarin, asing masih net sell di keseluruhan pasar saham senilai Rp180,30 miilar, mempanjang tren sell sejak awal tahun sebanyak Rp59,70 triliun.

Nafan menuturkan lebih lanjut "Ke depan, investor domestik mereka masih akan mendominasi pasar, apalagi dari sisi nilai investasinya."

Euforia saham konglomerasi dan IPO menjadi salah satu trigger masuknya investor domestik, terutama retail.

"Saat ini, investor cenderung lebih menyukai saham-saham konglomerasi dibanding saham-saham BUMN, terutama karena konglomerasi sering melakukan aksi korporasi menarik, seperti IPO yang dinanti pasar." terang Nafan.

"Investor ritel sangat mencermati likuiditas di saham-saham berbasis konglomerasi, karena sering jadi motor penggerak indeks."

Di paruh ke-dua tahun ini, IHSG diharapkan bisa bergerak lebih sustain jika rotasi sektoral mulai terjadi ke sektor perbankan.

Tak dipungkiri, saham perbankan besar, terutama BUMN memiliki kontribusi besar terhadap IHSG, jika ditotal lebih dari 20%. Sampai saat ini pergerakannya belum signifikan jika dibandingkan saham-saham dari grup konglomerasi, utamanya Prajogo Pangestu.

Nafan menjelaskan "Di semester II ini, demand investor masih kuat sementara supply saham terbatas. Ini membuat penguatan indeks masih bisa berlanjut, terutama kalau nanti ada rotasi sektoral ke sektor perbankan yang punya market cap besar."

"Ditambah lagi, sentimen global juga mendukung, seperti meredanya tensi geopolitik, perang dagang, serta arah kebijakan moneter yang mulai ekspansif - baik dari The Fed maupun BI yang sudah mulai menurunkan suku bunga. Semua ini memperkuat likuiditas di pasar." pungkas Nafan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |