BPS-Istana Kasih Warning Gara-Gara Harga Beras Belum Terkendali

20 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras disebut masih tinggi dan masuk zona tidak aman. Meski, perubahan dan disparitas antardaerah relatif rendah.

Hal itu terungkap dari paparan Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistis (BPS) Pudji Ismartini dan Deputi III Bidang Perekonomian di Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025).

Pudji memaparkan, komoditas penyumbang kenaikan IPH terbesar di wilayah Sumatra adalah daging sapi, daging ayam, dan beras. Sedangkan di pulau Jawa dipicu harga daging ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit.

Sementara di luar Jawa dan Sumatra, beras dan cabai merah jadi penyumbang kenaikan IPH terbesar. Data itu mengacu 10 daerah dengan kenaikan IPH tertinggi di masing-masing wilayah.

Berdasarkan perkembangan beberapa komoditas yang memengaruhi perubahan IPH, lanjut Pudji, jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga daging ayam ras pada pekan pertama bulan Juni 2025 bertambah menjadi 156 lokasi dari sepekan sebelumnya baru di 65 wilayah.

"Beras mengalami fenomena yang sama, terdapat 119 kabupaten/ kota yang mengalami kenaikan harga. Jumlah kabupaten/ kota ini lebih tinggi dibandingkan jumlah kabupaten/ kota yang mengalami kenaikan harga di minggu sebelumnya (97 lokasi)," bebernya, dikutip dari kanal Youtube Kemendagri.

"Beras ini menjadi kita beri warning di sini karena perubahan IPH (Indeks Perkembangan Harga) relatif rendah tapi harganya relatif tinggi dibandingkan dengan HET-nya," tambah Pudji.

Paparan Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono terkait Perkembangan harga di tingkat nasional  dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)Foto: Paparan Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono terkait Perkembangan harga di tingkat nasional dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)
Paparan Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono terkait Perkembangan harga di tingkat nasional dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)

Foto: Paparan Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini terkait Perkembangan harga komoditas di pekan pertama Juni 2025 dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)
Paparan Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini terkait Perkembangan harga komoditas di pekan pertama Juni 2025 dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)

Dengan demikian terlihat, tren atau kecenderungan kenaikan harga beras masih berlanjut bahkan semakin luas ke daerah-daerah lain.

Mengutip data BPS, jumlah kabupaten/ kota yang mengalami kenaikan harga di pekan ketiga hingga kelima bulan Mei 2025 berturut-turut terjadi di 69 lokasi, lalu bertambah ke 92 lokasi, kemudian meluas ke 97 lokasi. Ada peningkatan luas wilayah yang mengalami kenaikan harga beras setiap pekan.

Sementara, wilayah yang mengalami penurunan harga beras semakin berkurang. Dari pekan ketiga hingga kelima bulan Mei 2025, terjadi di 85 wilayah, lalu 78 lokasi dan tidak berubah selama sepekan. Kemudian di pekan pertama bulan Juni 2025 justru menyusut jadi hanya 44 kabupaten/ kota yang mengalami penurunan harga beras.

Mengutip data BPS yang dijabarkan Deputi Pudji Ismartini dalam rapat tersebut, rata-rata harga beras di pekan pertama bulan Juni 2025 di Zona I secara umum naik 0,72% dibandingkan Mei 2025. Tercatat, secara rata-rata nasional di tingkat konsumen ada di Rp14.126 per kg.

Sementara, harga beras di Zona II pada pekan pertama Juni 2025 tercatat naik 0,29% dibanding Mei 2025. Dengan harga berada di Rp1.264 per kg.

Sedangkan di Zona III, harga beras pada pekan pertama Juni 2025 dilaporkan naik 0,29% dibanding Mei 2025. Harganya berada di Rp19.694 per kg.

Data BPS tersebut merupakan harga rata-rata untuk semua jenis kualitas beras.

Paparan Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini terkait Perkembangan harga komoditas di pekan pertama Juni 2025 dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)Foto: Paparan Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini terkait Perkembangan harga komoditas di pekan pertama Juni 2025 dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)
Paparan Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini terkait Perkembangan harga komoditas di pekan pertama Juni 2025 dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Selasa (10/6/2025). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)

Sebagai catatan, harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang berlaku adalah:

- Zona I: Rp12.500 per kg
- Zona II: Rp13.100 per kg
- Zona III: Rp13.500 per kg
- HET nasional: Rp12.500 per kg.

Sedangkan, HET beras premium adalah:

- Zona I: Rp14.900 per kg
- Zona II: Rp15.400 per kg
- Zona III: Rp15.800 per kg
- HET nasional: Rp14.900 per kg.

Zona I meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Zona II mencakup Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, dan Kalimantan. Dan, Zona III meliputi Maluku dan Papua.

Zona Tidak Aman

Sementara itu, Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono menyebutkan, dari hasil monitoring yang dilakukan, secara umum kondisi harga pangan belum berubah atau masih sama jika dibandingkan 2 pekan sebelumnya.

"Memang masih menjadi PR kita yaitu bawang putih, beras medium khususnya di Zona 3, dan Minyakita," kata Edy.

Secara lebih detail, KSP menetapkan harga beras di Zona I dan II dalam posisi Waspada, sedangkan di Zona III tidak aman. Dengan posisi harga ada di atas HET.

"Untuk beras, kalau kita lihat dari levelnya, Zona 3 perlu kita beri perhatian khusus meski sudah ada penurunan harga dibandingkan bulan sebelumnya," ucapnya.
Dia pun mengapresiasi langkah dan upaya yang dilakukan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Pemerintah Provinsi Maluku dan Papua secara umum.

"Sehingga setidaknya jarak harga di pasar dengan HET tidak terlalu jauh. Karena kalau kita bandingkan, antara ketiga Zona ini, Zona I dan II itu jarak dengan HET itu hanya sekitar 9%. Sedangkan di Zona III jaraknya mencapai 24%, ini sudah ada perbaikan dari sebelumnya mencapai 25%. Upaya keras harus terus dilakukan, peran dari pemerintah daerah sangat penting," tegas Edy.

"Hanya saja, untuk Zona I perlu perhatian juga karena meski jaraknya tidak terlalu jauh dari HET, tapi ada kecenderungan kenaikan seperti yang tadi disampaikan Ibu Pudji dari BPS," tambahnya.

Perlu Intervensi

Sementara itu, mengutip bahan paparan Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa yang ditayangkan dalam rapat tersebut, berdasarkan Panel Harga Pangan di tingkat konsumen, secara nasional harga beras medium berada pada angka Rp13.891 per kg, atau 11,13% di atas HET.

Dan, berada pada status perlu intervensi untuk Zona I, II, dan III.

Disebutkan, intervensi dilakukan di daerah terpilih yang inflasi tinggi.


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video:Harga Beras Dunia Jatuh, Wamentan: Efek Indonesia Tak Impor Lagi

Next Article Papua Zona Merah, Bapanas Perintahkan Bulog Pasok Beras SPHP 2x Lipat

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |