Bank Dunia Beri Kabar Buruk, IHSG - Rupiah Semoga Aman

1 day ago 5
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah terapresiasi
  • Wall Street kompak menguat di tengah penantian data inflasi AS dan perkembangan pembicaraan dagang AS-China
  • Proyeksi pertumbuhan Bank Dunia, data ekonomi dalam  negeri dan AS hingga China akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada pertandingan kemarin, Selasa (10/6/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis, dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau dijual investor.

Pasar keuangan diperkirakan cenderung positif pada hari ini di tengah sentimen yang cukup tenang baik dari dalam maupun luar negeri. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,65% ke level 7.230 pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (10/6/2025). Sebanyak 352 saham naik, 261 saham turun, dan 195 saham stagnan.

Nilai transaksi hingga akhir perdagangan mencapai Rp17,88 triliun dengan melibatkan 29,15 miliar saham dalam 1,52 juta kali transaksi.

Investor asing mencatatkan net buy dalam jumlah yang cukup besar yakni Rp1,03 triliun (all market) dengan rincian Rp1,01 triliun (regular market) dan Rp20,23 miliar (negosiasi dan tunai)

Secara sektoral, sembilan dari 11 mengalami apresiasi dengan penguatan paling signifikan yakni sektor teknologi sebesar 3,54%, kemudian sektor transportasi yang naik 3,53%, dan sektor energi yang menguat 2,18%.

Sementara sektor healthcare dan property masing-masing tertekan sebesar 0,98% dan 0,11%.

Salah satu sentimen yang mendorong kinerja IHSG kemarin yakni terkait kelanjutan perang tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Pejabat dari AS dan China mengadakan pembicaraan perdagangan pada Senin di London, Inggris dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer mewakili pihak AS.

Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, mengatakan kepada AS sedang mencari kepastian bahwa China akan kembali mengekspor mineral kritis.

"Harapan kami adalah... segera setelah jabat tangan terjadi, segala bentuk pembatasan ekspor dari pihak AS akan dilonggarkan, dan rare earth akan dilepas dalam volume besar, lalu kita bisa kembali menegosiasikan hal-hal yang lebih kecil." Imbuh Hasset dalam program "Squawk Box" di CNBC International.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (10/6/2025) ditutup pada posisi Rp16.265/US$ atau menguat 0,03%.

Rupiah terpantau mengalami penguatan di tengah dolar yang menguat karena pembicaraan perdagangan antara AS dan China berlanjut hingga hari kedua dan investor berharap akan ada hasil yang sukses.

Sentimen terhadap mata uang tersebut tetap rapuh karena kekhawatiran atas "kebijakan perdagangan AS yang tidak menentu dan risiko fiskal," kata analis IG dalam sebuah catatan.

Harapan akan gencatan senjata tarif antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut menopang dolar, yang telah menghadapi tekanan tahun ini di tengah kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang melemahkan kepercayaan investor terhadap aset-aset AS.

Pasar juga mencermati laporan CPI dan PPI yang akan datang minggu ini, yang diharapkan memberikan wawasan lebih jauh mengenai dinamika inflasi dan dampak ekonomi akibat sengketa perdagangan yang berkepanjangan.

Selanjutnya, pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau kembali naik tipis ke angka 6,752%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan investor mengurangi porsinya dalam aset SBN.

Pages

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |