Makin Gelap! Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 2,3%

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 dan 2026 ke level terburuk sejak 2008 atau saat terjadinya krisis keuangan.

Dalam proyeksi terbarunya di dalam dokumen Global Economic Prospects (GEP) edisi Juni 2025, Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia hanya akan tumbuh 2,3% pada 2025 dan 2,4% pada 2026.

Prediksi terbaru itu turun dari perkiraan sebelumnya dalam GEP edisi Januari 2025 masing-masing tahun sebesar 2,7%. Proyeksi itu pun makin jauh melambat dari realisasi pertumbuhan pada 2022 sebesar 3,3%, serta 2023-2024 di level 2,8%.

"Ketegangan perdagangan yang meningkat dan ketidakpastian kebijakan diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan global menurun pada tahun ini ke laju paling lambat sejak 2008, di luar saat-saat kondisi resesi global," dikutip dari siaran pers Bank Dunia, Rabu (11/6/2025).

Bank Dunia juga menyatakan, gejolak ketegangan dagang yang dipicu oleh perang tarif tinggi maupun ketidakpastian kebijakan pemerintah dunia saat ini telah menyebabkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi di hampir 70% negara di seluruh kawasan dan kelompok pendapatan, termasuk Indonesia.

Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7% pada 2025 dan di level 4,8% pada 2026. Level perkiraan pertumbuhan itu memangkas proyeksi sebelumnya dalam GEP edisi Januari 2025 yang sebesar 5,1% untuk 2025 dan 2026.

Meski menilai ekonomi dunia akan makin melambat, Bank Dunia menegaskan, resesi global tidak akan terjadi. Mereka hanya menganggap jika proyeksi untuk dua tahun ke depan menjadi kenyataan, rata-rata pertumbuhan global dalam tujuh tahun pertama dekade 2020-an akan menjadi yang paling lambat dibandingkan dekade mana pun sejak periode 1960-an.

Lemahnya pertumbuhan ekonomi dunia ini menurut Kepala Ekonom Grup Bank Dunia Indermit Gill, juga akan membuat negara-negara berkembang di luar kawasan Asia tak mampu melakukan pembangunan karena ekonominya tidak bergerak.

Menurutnya, pertumbuhan di negara-negara berkembang telah menurun selama tiga dekade terakhir, dari 6% per periode 2000-an menjadi 5% pada periode 2010-an, hingga kurang dari 4% pada era 2020-an.

Ini sejalan dengan penurunan perdagangan global, dari rata-rata 5% pada 2000-an menjadi sekitar 4,5% pada 2010-an, dan kini kurang dari 3% pada era 2020-an. Indermit Gill menegaskan, kondisi itu diperburuk dengan pertumbuhan investasi yang juga melambat, sedangkan utang meningkat ke tingkat tertinggi sepanjang sejarah.

"Jadi di luar Asia, dunia berkembang menjadi zona tanpa pembangunan," ujarnya.

Ia juga menegaskan, perlambatan pertumbuhan akan menghambat upaya negara-negara berkembang dalam menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan ekstrem, dan memperkecil kesenjangan pendapatan per kapita dengan negara-negara maju.

Supaya proyeksi perlambatan ekonomi ini tak terjadi Bank Dunia merekomendasikan negara-negara ekonomi utama harus mampu meredakan ketegangan perdagangan-yang dapat mengurangi ketidakpastian kebijakan secara keseluruhan dan volatilitas keuangan.

Bila perselisihan perdagangan saat ini diselesaikan dengan kesepakatan yang mengurangi tarif hingga setengah dari tingkat pada akhir Mei, pertumbuhan global akan meningkat rata-rata 0,2 poin persentase selama 2025 dan 2026.

Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia M. Ayhan Kose menambahkan, langkah ini menjadi penting karena negara-negara berkembang dan emerging markets atau pasar negara berkembang dulu meraih manfaat dari integrasi perdagangan, namun kini berada di garis depan konflik perdagangan global.

"Cara paling cerdas untuk merespons adalah dengan menggandakan upaya integrasi dengan mitra baru, melaksanakan reformasi yang mendorong pertumbuhan, dan memperkuat ketahanan fiskal untuk menghadapi badai," ujar Ayhan.

"Di tengah meningkatnya hambatan perdagangan dan ketidakpastian, dialog dan kerja sama global yang diperbarui dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih stabil dan sejahtera," tegasnya.

Menghadapi meningkatnya hambatan perdagangan, menurut Bank Dunia juga bisa disikapi negara-negara berkembang denfan melakukan liberalisasi yang lebih luas melalui kemitraan perdagangan dan investasi strategis dengan negara lain serta diversifikasi perdagangan-termasuk melalui perjanjian regional.

Mengingat keterbatasan sumber daya pemerintah dan meningkatnya kebutuhan pembangunan, pembuat kebijakan harus fokus pada mobilisasi pendapatan dalam negeri, memprioritaskan pengeluaran fiskal untuk rumah tangga paling rentan, dan memperkuat kerangka fiskal.

Akhirnya, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, negara-negara perlu meningkatkan iklim usaha dan mendorong penciptaan lapangan kerja yang produktif dengan membekali tenaga kerja dengan keterampilan yang diperlukan serta menciptakan kondisi agar pasar tenaga kerja dapat mencocokkan pekerja dan perusahaan secara efisien.

Kolaborasi global akan sangat penting untuk mendukung negara-negara berkembang yang paling rentan, termasuk melalui intervensi multilateral, pembiayaan konsesional, dan untuk negara-negara yang sedang dilanda konflik, bantuan dan dukungan darurat.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Bangun Ekosistem Baterai Mobil Listrik, Investasi Rp 114 T

Next Article Terbaru! World Bank Proyeksi Ekonomi Dunia Tumbuh 2,7% di 2025

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |