Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis kemarin, bursa saham dan rupiah anjlok.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dalam 59,15 poin atau turun 0,68% ke level 8.618,19 pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (18/12/2025).
Sebanyak 252 saham naik, 411 turun, dan 138 tidak bergerak. Nilai transaksi hari kemarin mencapai Rp 23,77 triliun, melibatkan 37,96 miliar saham dalam 2,75 juta kali transaksi.
Nyaris sektor perdagangan terkoreksi kemarin dengan koreksi paling dalam dicatatkan oleh utlitas, konsumer non-primer dan barang baku. Sementara itu sektor finansial tercatat menjadi satu-satunya penopang kinerja IHSG sehingga tidak jatuh lebih dalam.
Secara spesifik, saham perbankan raksasa menjadi motor penggerak IHSG tatkala saham-saham konglomerat ramai-ramai bergerak di zona merah kemarin.
Adapun saham-saham konglomerat tercatat menjadi beban IHSG kemarin dengan kontribusi pelemahan terhadap indeks terbesar disumbang oleh saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Sementara itu saham Bank Central Asia (BBCA) naik 1,87% ke Rp 8.175 per saham dan berkontribusi atas penguatan 14,15 indeks poin. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terapresiasi 0,8% ke Rp 8.780 per saham dengan kontribusi 4,94 indeks poin. Bank Mandiri (BMRI) lompat 2,49% ke Rp 5.150 per saham dengan sumbangsih 10,41 indeks poin.
Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (18/12/2025).
Mengacu data Refinitiv, rupiah berakhir di level Rp16.710/US$ atau mengalami depresiasi sebesar 0,18%. Level penutupan kemarin sekaligus menjadi level terlemah rupiah sejak 20 November 2025 atau hampir dalam sebulan terakhir.
Pelemahan ini juga membalikkan posisi rupiah dibandingkan perdagangan sebelumnya, di mana mata uang Garuda masih mampu menguat tipis 0,03%.
Rupiah bergerak dalam tekanan di sepanjang perdagangan kemarin dengan rentang level Rp16.690 - Rp16.730/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar AS dibandingkan enam mata uang utama dunia per pukul 15.00 WIB tengah menguat tipis 0,03% ke level 98,397.
Pelemahan rupiah terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Desember 2025.
Kebijakan tersebut ditempuh sebagai bagian dari upaya BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan fundamental ekonomi, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, sekaligus tetap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa ke depan, fokus kebijakan bank sentral akan diarahkan pada penguatan transmisi kebijakan moneter guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Bank Indonesia juga akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut, seiring dengan proyeksi inflasi 2026 yang diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta kebutuhan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Lanjut ke pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil SBN tenor 10 tahun Indonesia kemarin ditutup melandai ke level 6,125% di mana sebelumnya ditutup di level 6,126%. Imbal hasil yang turun ini menandai harga SBN yang tengah naik dan diburu investor.


















































