Big Stories 2025
Kanthi Malikhah & Amalia, CNBC Indonesia
31 December 2025 17:00
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 akan berakhir dalam hitungan jam ke depan. Sepanjang tahun ini, banyak tren yang muncul dan digandrungi warga dunia dan Indonesia. Kuliner dan olah raga adalah tren yang mendominasi sepanjang tahun ini.
1. Blok M: Ruang Ekspresi dan Ekonomi Pengalaman Anak Muda
Sepanjang 2025, Blok M menjelma menjadi titik temu pemuda skena untuk mengekspresikan diri dan membangun identitas di ruang publik. Banyak pengunjung sengaja tampil modis, bahkan nyeleneh, saat menyambangi kawasan ini, menjadikannya "panggung terbuka" tempat gaya berpakaian, musik, dan selera visual bertemu.
Kehadiran photobooth serta sudut estetik yang fotogenik memperkuat peran Blok M sebagai ruang visual di era media sosial, bahkan kerap dipilih sebagai lokasi syuting, termasuk untuk video musik hip-dut.
Foto: District Blok M yang sempat sepi ditinggal pedagang karena menolak kenaikan harga sewa, kini sudah diisi kembali oleh pedagang. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
District Blok M yang sempat sepi ditinggal pedagang karena menolak kenaikan harga sewa, kini sudah diisi kembali oleh pedagang. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Di sisi lain, kuliner menjadi mesin utama kebangkitan Blok M. Dari jajanan legendaris seperti gultik hingga kafe modern yang viral di media sosial, kawasan ini berkembang sebagai destinasi food hunting berbasis pengalaman.
Transformasi tersebut didukung akses transportasi terpadu, mulai dari MRT hingga TransJakarta, yang membuat arus pengunjung semakin padat dan konsisten. Lebih dari sekadar area belanja, Blok M kini berfungsi sebagai ruang publik kreatif yang inklusif, sekaligus mencerminkan keberhasilan revitalisasi kawasan urban yang selaras dengan gaya hidup generasi muda.
2. Hip-Dut: Dangdut di Tangan Gen Z
Pada 2025, panggung musik Indonesia mencatat satu fenomena menarik yakni menguatnya genre hip-dut sebagai wajah baru dangdut modern. Genre yang memadukan dangdut dengan elemen hip hop dan koplo ini mencuri perhatian generasi muda, terutama Gen Z, lewat lagu "Garam dan Madu" karya Tenxi, Jemsii, dan Naykilla.
Berawal dari viral di media sosial sejak akhir 2024, lagu tersebut ramai digunakan di TikTok dan platform digital lainnya, sekaligus menandai pergeseran selera pasar menuju musik lokal yang dikemas lebih kontemporer. Respons positif publik menguatkan hip-dut sebagai genre yang relevan dengan zaman. Genre ini nyaman didengar dan mudah diterima.
Tak berhenti di pasar domestik, hip-dut mulai menunjukkan potensi ekspor budaya.
Tenxi, Naykilla, dan Jemsii sukses menjalani debut internasional di SXSW Sydney 2025, membawakan deretan lagu populer seperti "Garam & Madu", "Kasih Aba-Aba", hingga "Bintang 5" di hadapan audiens multinasional. Kepopuleran ini didukung pendistribusian lewat berbagai platform musik seperti Spotify, YouTube, dan TikTok.
3. Lagu Timur: Dari Pinggiran ke Arus Utama Musik Digital
Sepanjang 2025, lagu-lagu asal Indonesia Timur mencuri perhatian industri musik nasional. Tabola Bale karya Silet Open Up dan Stecu Stecu milik Faris Adam menjadi soundtrack dominan di platform video pendek seperti TikTok, memicu gelombang konten kreatif dari dance challenge hingga video hiburan ringan.
Foto: Youtube
Lagu Timur Tabola Bale
Tabola Bale bahkan berhasil menembus panggung yang lebih formal dengan masuk nominasi AMI Awards 2025, sementara Stecu Stecu dikenal luas lewat beat santai dan lirik jenaka yang mudah melekat di ingatan.
Bersama lagu-lagu lain seperti Pica Pica, Nyong Timur, dan Ngapain Repot, musik Timur tak lagi berada di pinggiran, melainkan menjelma menjadi arus utama konsumsi musik digital Indonesia.
4. Lari: Olahraga Murah yang Menjadi Mahal
Sepanjang 2025, Indonesia menyaksikan menguatnya fenomena "pelari kalcer", sebuah tren yang mengubah aktivitas lari dari sekadar olahraga menjadi simbol gaya hidup dan identitas sosial.
Istilah kalcer merupakan plesetan dari culture yang merepresentasikan cara baru generasi muda memaknai lari, di mana outfit, sepatu, hingga gawai pendukung mendapat porsi perhatian yang sama pentingnya dengan performa fisik.
Dipacu oleh popularitas olahraga lari di kalangan anak muda serta masifnya peran media sosial, tren ini cepat menyebar lewat konten visual di Instagram dan sound viral di TikTok, menjadikan lari sebagai bagian dari ekspresi diri yang modern dan relevan dengan kultur digital.
Foto: Meriahnya CT Arsa Foundation Charity Fun Run (Foto: Abraham Arthemius)
Meriahnya CT Arsa Foundation Charity Fun Run (Foto: Abraham Arthemius)
Acara lari jarak 5K hingga marathon pun menjelma menjadi agenda rutin yang dinantikan setiap pekan. Walaupun diharuskan membayar tiket untuk menjadi partisipan, para peserta selain mendapatkan medali apresiasi, umumnya juga mendapatkan goodie bag berisi berbagai produk dari sponsor. Kegiatan ini tak hanya menjadi hobi kalangan urban, tetapi juga berkembang sebagai kanal promosi baru bagi merek untuk menjangkau konsumen yang aktif dan sadar gaya hidup sehat.
Meski kerap dipandang sekadar tren, fenomena ini dinilai membawa dampak positif karena turut mendorong kesadaran berolahraga di kalangan generasi muda, sekaligus memperkuat posisi lari sebagai bagian dari gaya hidup modern.
5. Pilates: Olahraga Estetis dengan Intensitas Tinggi
Sepanjang 2025, Pilates kian mengukuhkan posisinya sebagai salah satu olahraga favorit masyarakat urban Indonesia.
Metode latihan yang dikembangkan oleh Joseph Pilates sejak awal abad ke-20 ini semakin diminati berkat pendekatannya yang menitikberatkan pada kekuatan otot inti, kontrol gerakan, pernapasan, serta keseimbangan tubuh. Kelas Pilates banyak digemari perempuan karena kerap dipersepsikan feminin, dengan estetika gerakan yang lembut dan terukur.
Namun di balik tampilannya yang terlihat demure, Pilates sejatinya merupakan olahraga dengan intensitas tinggi yang efektif membakar energi. Meski menantang, olahraga ini tetap diminati karena manfaatnya yang komprehensif. Mulai dari perbaikan postur tubuh, rehabilitasi cedera, hingga pengelolaan stres.Manfaat ini dinilai relevan dengan kebutuhan gaya hidup sehat masyarakat perkotaan.
Foto: Ilustrasi pilates. (Dok. Freepik)
Ilustrasi pilates. (Dok. Freepik)
Di sisi lain, popularitas Pilates juga diiringi persepsi biaya yang relatif tinggi, seiring struktur kelas yang kecil demi pendekatan personal, kebutuhan instruktur bersertifikasi dengan pelatihan berkelanjutan, serta penggunaan peralatan khusus seperti Reformer yang mendorong tarif lebih mahal dibandingkan olahraga konvensional.
6. Padel: Olah raga, gaya & Ajang Nongkrong Baru
Sepanjang 2025, padel mencuat sebagai salah satu fenomena olahraga baru di perkotaan Indonesia. Mulai dari Jakarta hingga Bandung, olahraga raket yang memadukan unsur tenis dan squash ini kian digemari karena sifatnya yang inklusif dan mudah dimainkan lintas usia.
Dengan format ganda, lapangan berukuran lebih kecil, servis underhand, serta penggunaan raket solid tanpa senar, padel menawarkan pengalaman bermain yang relatif cepat dipelajari oleh pemula. Keunikan lain datang dari dinding kaca dan pagar yang menjadi bagian aktif permainan, menciptakan dinamika yang seru sekaligus sosial.
Foto: Warga bermain padel yaitu olahraga yang memadukan elemen tenis dan squash di Padel Arena Jakarta, Jakarta, Kamis (03/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Warga bermain padel yaitu olahraga yang memadukan elemen tenis dan squash di Padel Arena Jakarta, Jakarta, Kamis (03/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Peran para figur publik, termasuk selebgram, turut memeriahkan tren olahraga ini. Unggahan bermain padel dengan outfit yang stylish bersama geng maupun pasangan kerap berseliweran di media sosial. Tak heran, padel kemudian menjelma bukan hanya sebagai olahraga, tetapi juga aktivitas rekreasi keluarga sekaligus ajang nongkrong sehat bersama teman.
Meski masih ada anggapan bahwa popularitasnya bersifat musiman, banyak pihak meyakini akan terjadi seleksi alam antara pemain yang sekadar ikut tren dan mereka yang benar-benar menekuni olahraga ini.
Dengan manfaat kesehatan seperti peningkatan stamina, kerja kardiovaskular, serta kolaborasi tim, padel berpotensi menjadi bagian dari lanskap olahraga urban Indonesia yang bertahan melampaui 2025.
7. Matcha sebagai Simbol Kesehatan dan Gaya Hidup Modern
Sepanjang 2025, matcha menguat sebagai simbol gaya hidup sehat di Indonesia. Bubuk teh hijau asal Jepang ini populer berkat reputasinya sebagai superfood dengan kandungan antioksidan tinggi serta kafein alami yang dilepaskan bertahap, menjadikannya alternatif kopi dengan efek energi lebih stabil dan minim crash. Karakter tersebut selaras dengan kebutuhan masyarakat urban yang semakin sadar akan kesehatan fisik dan mental, sekaligus mengaitkan matcha dengan ketenangan.
Di luar manfaat kesehatan, popularitas matcha didorong estetika visual dan budaya digital. Warna hijau cerah membuat produk berbasis matcha mudah viral dan fleksibel dikreasikan dalam berbagai menu modern, dari minuman hingga dessert.
Foto: Matcha. (Dok. Pixabay)
Matcha. (Dok. Pixabay)
Kafe dan restoran pun berlomba menghadirkan inovasi matcha untuk menarik konsumen muda. Namun, lonjakan permintaan ini diiringi tantangan pasokan, mengingat produksi matcha berkualitas tinggi memerlukan proses kompleks dan standar ketat, yang berpotensi mendorong kenaikan harga serta persaingan global.
8. Parfum Lokal: Wangi Global, Kelas Lokal
Parfum lokal kian mencuri perhatian pada tahun 2025, seiring perubahan preferensi konsumen yang semakin mengutamakan kualitas, identitas merek, dan harga yang lebih terjangkau.
Produk parfum buatan dalam negeri kini tidak lagi dipandang sebagai alternatif murah, melainkan sebagai pilihan utama dengan karakter aroma yang kuat dan kemasan yang kompetitif.
Foto: Suasana saat launching Dubai Parfume di Transmart Kota Kasablanka. (Dok. Transmart)
Suasana saat launching Dubai Parfume di Transmart Kota Kasablanka. (Dok. Transmart)
Strategi pemasaran yang memanfaatkan platform digital dan kolaborasi dengan influencer membuat parfum lokal semakin dekat dengan konsumen muda yang mencari alternatif berkualitas dengan harga terjangkau dibanding merek internasional.
9. Blind Box: Unboxing Jadi Hiburan
Pada tahun 2025, antusiasme terhadap blind box melonjak drastis. dengan produk-produk seperti Labubu dari Pop Mart, Sonny Angel, hingga Molly menjadi buruan kolektor yang rela mengantri dan mengeluarkan jutaan rupiah.
Konsep blind box atau kotak misteri menciptakan unsur kejutan dan kegembiraan. Sensasi membuka kotak dan menemukan figur yang diperoleh menjadi daya tarik utama bagi para kolektor, sekaligus menciptakan pengalaman emosional yang membedakan produk ini dari model konsumsi konvensional.
10. Film Jumbo, Animasi Lokal Sukses Besar
Film animasi Jumbo garapan sutradara Ryan Adriandhy terus mencatat prestasi membanggakan. Dalam 14 hari penayangan, film ini berhasil menembus lebih dari tiga juta penonton dan kini menjadikannya salah satu film animasi lokal tersukses sepanjang sejarah perfilman Indonesia. Bagi sang sutradara, Jumbo menjadi perjalanan emosional banyak keluarga dan anak-anak di Indonesia.
Foto: Poster film Jumbo. (Dok. IMDB)
Poster film Jumbo. (Dok. IMDB)
Dari perspektif industri kreatif, kesuksesan Jumbo memberikan dampak ekonomi signifikan bagi ekosistem animasi nasional yang melibatkan ratusan animator, desainer, komposer, dan talenta kreatif lokal lainnya. Film ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapabilitas teknis dan kreatif untuk menghasilkan karya animasi yang dapat bersaing dengan produk-produk dari studio besar seperti Pixar atau DreamWorks, sekaligus membuka peluang kolaborasi internasional dan ekspor konten ke pasar regional Asia.
11. Emas: Pelindung Nilai Favorit
Tren pembelian emas oleh masyarakat Indonesia mengalami lonjakan signifikan sepanjang 2024-2025, hal ini terjadi karena emas dianggap sebagai safe haven asset yang mampu melindungi nilai kekayaan dari tekanan inflasi dan volatilitas pasar keuangan global.
Ketidakpastian geopolitik, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan kekhawatiran akan resesi global membuat investor ritel beralih dari instrumen konvensional seperti deposito yang imbal hasilnya tergerus inflasi, menuju emas yang secara historis terbukti mempertahankan daya beli dalam jangka panjang.
Foto: Suasana di dalam Butik Emas LM Graha Dipta, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (16/4/2025). (CNBC Indonesia/Robertus Andrianto)
Suasana di dalam Butik Emas LM Graha Dipta, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (16/4/2025). (CNBC Indonesia/Robertus Andrianto)
Demam emas bahkan menciptakan fennomena baru di Indonesia. Warga RI ramai-ramai antri demi memborong emas dari subuh pada April 2025.
12. Job Fair, Banyak Lulusan Sarjana Menganggur
Fenomena job fair yang membludak menjadi potret nyata krisis ketenagakerjaan Indonesia di tahun 2025. Adanya kesenjangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja, khususnya bagi lulusan perguruan tinggi. Antusiasme pencari kerja terlihat dari panjangnya antrian dan padatnya peserta di berbagai acara rekrutmen, menandakan tekanan yang masih kuat di pasar tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa gelar sarjana belum sepenuhnya menjadi jaminan terserapnya tenaga kerja.
Foto: Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menggelar Job Fair selama dua hari yakni pada 22-23 Mei 2025, Jumat (23/5/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menggelar Job Fair selama dua hari yakni pada 22-23 Mei 2025, Jumat (23/5/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Masalah utama adalah ketidaksesuaian keterampilan lulusan dengan kebutuhan industri, terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor formal, serta kegagalan sistem link and match antara pendidikan tinggi dengan dunia kerja.
13. Drama China Kini Menggeser Pasar Drama Korea
Drama China atau C-Drama semakin menguat posisinya pada 2025 dan mulai menggeser dominasi drama Korea di pasar hiburan Asia, termasuk Indonesia.
Kesuksesan drama China didukung oleh peningkatan kualitas sinematografi dan efek visual yang sekelas film layar lebar, pengembangan karakter yang matang, serta ragam genre dari romansa modern hingga cerita sejarah yang dikemas dengan sentuhan lokal namun tetap relevan bagi penonton global.
Kemudahan akses melalui platform streaming internasional seperti Netflix, iQIYI, dan Viki dengan subtitle multibahasa menjadikan drama China pilihan favorit di tahun 2025.
Foto: Drama China. (Dok. Tangkapan Layar WeTV)
Drama China. (Dok. Tangkapan Layar WeTV)
14. Tumbler: Simbol Status Baru
Tumbler menjelma menjadi salah satu ikon gaya hidup paling menonjol di 2025. Bukan sekadar botol minum, benda ini kini berada di persimpangan gaya hidup urban, tekanan ekonomi, dan arah kebijakan lingkungan. Dalam bahasa pasar: tumbler adalah simbol zaman.
Lonjakan popularitasnya berangkat dari realitas biaya hidup. Harga minuman terus merangkak naik, sementara refill dengan tumbler sendiri jauh lebih murah-bahkan sering diberi diskon oleh kafe. Hematnya memang terasa kecil, tetapi konsisten terasa besar di akhir bulan.
Di saat yang sama, pasca-krisis iklim global, kesadaran lingkungan naik kelas. Membawa tumbler menjadi aksi harian yang sederhana namun "terlihat": mudah dilakukan, mudah dibagikan. Dorongan ini diperkuat oleh kebijakan pembatasan plastik sekali pakai yang makin ketat di kota-kota besar, kampus, dan perkantoran. Tumbler pun bergeser dari pilihan idealis menjadi solusi praktis.
Foto: Tumbler Stanley. (Dok. stanley1913)
Tumbler Stanley. (Dok. stanley1913)
Budaya kerja hybrid turut menyumbang. Mobilitas yang panjang membuat orang membawa minum dari rumah. Tumbler menjaga suhu, anti bocor, dan pas di tas kerja. Desainnya pun makin estetik dan personal-warna, stiker, hingga nama-mengubahnya menjadi aksesori identitas.
Media sosial mempercepat adopsi. Dari "what's in my bag" hingga desk setup, tumbler nyaris selalu hadir. Sekali viral, efeknya cepat menyebar. Perusahaan dan komunitas ikut mendorong lewat merchandise berkelanjutan, menciptakan efek bola salju.
Intinya, tumbler menang di 2025 karena masuk akal secara ekonomi, selaras dengan nilai lingkungan, nyaman secara fungsi, dan kuat sebagai simbol identitas.
Beberapa merk Tumbler terkenal adalah Hydro Flask, Owala, 24Bottles, Outerbloom , dan Stanley.
Tumbler bahkan menjadi pembicaraan hangat saat seorang penumpang KRL meninggalkan tumbler miliknya dan mengkomplainnya lewat medsos.
15. ChatGPT
Penggunaan ChatGPT dan AI secara umum benar-benar menjadi salah satu tren besar di 2025, bukan cuma sekadar "tren sesaat". Data dan laporan industri menyebutkan bahwa alat-alat AI seperti ChatGPT, Google Gemini, Microsoft Copilot, dan lainnya semakin terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, pendidikan, dan bisnis.
Selain ChatGPT, tren lain seperti agentic AI (AI yang dapat bertindak secara otonom) dan AI pada perangkat sehari-hari semakin menonjol di 2025. Ini menunjukkan bahwa generasi AI berikutnya bukan hanya menjawab, tapi mulai bertindak atas nama pengguna
(mae/mae)
















































