Warning! Ini Sederet Hal Genting Sebelum Libur Buat Market Was-Was

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar akan kembali mengakumulasi data eksternal sepanjang libur panjang memperingati Idul Adha yang potensi jadi sentimen genting untuk pasar Tanah Air.

Pada Kamis hari (5/6/2025) menandai hari terakhir perdagangan pasar RI. Meski begitu, sejumlah data masih dinanti pelaku pasar utamanya dari luar negeri, seperti data ekonomi AS, penantian pertemuan Xi Jinping dan Trump, perkembangan konflik geopolitik Rusia-Ukraina, sampai data-data ekonomi China.

CNBC Indonesia Research merinci sejumlah sentimen yang potensi mempengaruhi pasar RI :

Pertemuan Xi Jinping dan Trump

Ketidakpastian tarif antara dua negara besar yakni China dan AS kembali bergulir. Sebelum libur panjang pekan ini, pelaku pasar akan menanti hasil dari pertemuan Xi Jinping dan Trump via telepon.

Menurut pernyataan Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada 2 Juni 2025 lalu, percakapan antara Trump dan Xi kemungkinan besar akan terjadi dalam minggu ini, meskipun belum ada jadwal yang dikonfirmasi secara publik.

"Kedua pemimpin kemungkinan akan berbincang minggu ini," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, saat ditanya wartawan apakah Trump dan Xi akan berbincang pada Senin, seperti dikutip AFP, Selasa (3/6/2025).

Pembicaraan ini diperkirakan akan membahas ketegangan perdagangan antara kedua negara, termasuk pelanggaran terhadap kesepakatan tarif sementara yang dicapai di Jenewa.

Pekan lalu, Trump kembali membuat tegang hubungannya dengan China setelah ia menuduh Beijing melanggar kesepakatan yang menyebabkan kedua negara mengurangi tarif balasan yang sangat besar untuk sementara.

Baik Trump dan Xi dilaporkan belum memiliki kontak yang dikonfirmasi lebih dari lima bulan sejak politikus dari Republikan itu kembali berkuasa. Di sela-sela itu, Trump acapkali mengklaim bahwa panggilan telepon akan segera terjadi.

Dalam sebuah wawancara Majalah Time pada April, Trump sempat mengklaim bahwa Xi telah meneleponnya. Naun Beijing bersikeras bahwa tidak ada panggilan telepon terhadap pemimpin Amerika tersevut.

Perkembangan Konflik Geopolitik Rusia - Ukraina

Konflik geopolitik juga kembali memanas antara Rusia dan Ukraina, setelah Korea Utara menyatakan dukungannya pada Rusia.

Pemimpin Korea Utara (Korea Utara) Kim Jong Un berjanji untuk "mendukung tanpa syarat" Rusia di semua bidang.

Mengutip media pemerintah Pyongyang pada hari Kamis (5/6/2024), ini pun termasuk dalam perangnya di Ukraina.

Korut memang telah menjadi salah satu sekutu utama Moskow selama lebih dari tiga tahun perang Rusia dan Ukraina pecah. Negeri itu mengirimkan ribuan pasukan untuk membantu Kremlin mengusir pasukan Ukraina dari wilayah perbatasan Kursk Rusia.

Bertemu dengan pejabat keamanan tinggi Rusia Sergei Shoigu Rabu, KCNA menulis Kim Jong Un mengatakan bahwa Pyongyang akan "mendukung tanpa syarat pendirian Rusia dan kebijakan luar negerinya dalam semua masalah politik internasional yang penting termasuk masalah Ukraina".

Kim "menyatakan harapan dan keyakinan bahwa Rusia, seperti biasa, pasti akan menang dalam perjuangan suci keadilan".

"Kedua pihak sepakat untuk terus memperluas hubungan secara dinamis," tambah kantor berita negara tersebut melaporkan lagi, dimuat AFP.

Data Ekonomi AS

Beralih ke negeri paman Sam, pada pekan ini ada sejumlah data genting yang dinanti pasar.

Sampai akhir pekan atau besok Jumat, akan banyak rilis data seputar pasar tenaga kerja. Pada nanti malam pasar menanti data klaim pengangguran yang diperkirakan bisa melandai.

Melansir laman penghimpun data Tradingeconomics, pelaku pasar memprediksi klaim pengangguran dalam sepekan yang berakhir 24 Mei lalu akan bertambah 235.000, lebih sedikit dari pertambahan pekan sebelumnya sebesar 240.000

Investor juga mengamati data penggajian nonpertanian AS pada Jumat dan serangkaian pembicara The Federal Reserve untuk petunjuk tentang kebijakan suku bunga.

Data AS pada hari Selasa menunjukkan lowongan pekerjaan meningkat pada April, tetapi PHK yang lebih tinggi menunjukkan pasar tenaga kerja yang mendingin di tengah meningkatnya kekhawatiran tarif.

Data Ekonomi China

Data eksternal berikutnya yang dinanti pasar akan datang dari negeri Tirai Bambu. Data ini akan rilis pada Senin depan meliputi inflasi sampai neraca dagang, termasuk pertumbuhan ekspor dan impor.

Pada bulan April, China diketahui mengalami deflasi 0,1% yang menunjukkan kondisi ekonomi yang masih loyo terpukul krisis properti yang berkelanjutan, sehingga daya beli juga masih belum pulih.

Menurut laman Tradingeconomics, Tiongkok diprediksi akan mengalami deflasi lagi pada bulan Mei lebih lebar, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) turun 0,02%.

Sementara untuk data neraca dagang China untuk periode Mei 2024 diprediksi menyusut jadi kisaran US$ 70 miliar, dari bulan sebelumnya sebanyak US$ 96,18 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |