Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang ulama senior Iran, Ayatollah Agung Naser Makarem Shirazi, mengeluarkan fatwa keras terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Israel atas ancaman terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Melansir Newsweek pada Selasa (1/7/2025), Shirazi mengatakan fatwa tersebut menyebut siapapun yang mengancam Khamenei atau ulama besar Syiah (Marja) sebagai "musuh Tuhan."
"Setiap orang atau rezim yang mengancam Pemimpin atau Marja dianggap sebagai musuh Tuhan," tegas Shirazi, seperti dikutip oleh kantor berita Mehr.
Fatwa ini muncul menyusul pernyataan Trump yang menyebut Khamenei sebagai "target yang mudah," dan ancaman terbuka dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang mengatakan akan membunuh Khamenei jika Iran terus menyerang.
Dalam fatwanya, Shirazi menyerukan umat Islam di seluruh dunia untuk "membuat musuh-musuh ini menyesali kata-kata dan kesalahan mereka." Meski tidak mengikat secara hukum, fatwa ini memiliki pengaruh kuat di negara-negara dengan sistem hukum Syariah dan bisa berdampak luas di tengah situasi geopolitik yang memanas.
Khosro K. Isfahani, analis senior di National Union for Democracy di Iran, menyamakan fatwa ini dengan fatwa terhadap penulis Salman Rushdie pada 1989. "Ayatollah agung kedua baru saja mengeluarkan fatwa pembunuhan terhadap POTUS Trump," tulisnya di X.
Ia menambahkan, "Tidak seperti fatwa yang diklaim ada terhadap senjata nuklir, fatwa ini nyata, tertulis, ditandatangani, dan disegel."
Fatwa tersebut dikeluarkan setelah konflik berdarah 12 hari antara Israel dan Iran, yang menurut pengamat menyebabkan "momen sangat genting bagi Republik Islam." Peneliti tamu di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, Hamidreza Azizi, mengatakan bahwa rezim Iran kemungkinan akan memperketat kontrol terhadap oposisi untuk mempertahankan legitimasi.
"Rezim akan mengejar teror, kekacauan, dan pembunuhan selama berkuasa. Satu-satunya jalan menuju perdamaian dan stabilitas adalah membantu rakyat Iran merebut kembali negara mereka," tulis National Union for Democracy di Iran.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemimpin Tertinggi Iran Enggan Berunding dengan AS: "Tak Cerdas"