Jakarta, CNBC Indonesia - India resmi menggeser posisi China sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, sebuah tonggak sejarah demografis yang terjadi untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam dekade.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), per pertengahan 2023 populasi India tercatat mencapai sekitar 1,4286 miliar jiwa, sedikit melampaui China yang berada di angka 1,4257 miliar jiwa.
Momentum demografis ini bukan sekadar angka. India kini memasuki masa keemasan dengan struktur usia penduduk yang muda, dengan median usia sekitar 28 tahun, jauh lebih rendah dari China yang sedang bergulat dengan penuaan populasi dan rendahnya tingkat kelahiran.
Generasi muda India yang besar ini menjadi mesin baru bagi konsumsi domestik, tenaga kerja, dan inovasi teknologi.
Bonus demografi India semakin memperkuat daya dorong ekonomi. Saat negara-negara maju bergulat dengan populasi menua, India justru menikmati ledakan tenaga kerja muda usia 15-24 tahun.
Dengan jumlah penduduk yang hampir lima kali lipat Indonesia, India menjadi pasar domestik yang sangat luas dan terus berkembang. Tak heran jika dampaknya mulai terasa di ekonomi makro. Pada kuartal I/2025 India mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 7,6% (year-on-year/YoY), jauh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya 6,7%.
Dari pertumbuhan ekonomi itu, India terbilang lebih dekat bisa menuju 8%, dibandingkan Indonesia yang kini pertumbuhan ekonomi-nya tak sampai 5%.
Pada tahun ini, Indonesia malah diramal pertumbuhannya akan melambat di kisaran 4,7% - 5%. Proyeksi ini lebih lambat dari perkiraan sebelumnya di kisaran 5,2%.
Seiring dengan prospek ekonomi India yang tumbuh atraktif, menariknya dalam lima tahun terakhir, bursa saham India juga melesat lebih dari 140%, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek jangka panjang ekonomi negara ini. Bahkan, lembaga-lembaga besar dunia seperti Morgan Stanley dan Goldman Sachs mulai meningkatkan pandangan mereka terhadap India.
Morgan Stanley baru-baru ini merekomendasikan rating "overweight" untuk saham-saham India, melihat peluang dari penurunan suku bunga dan ketahanan domestik yang kuat.
Investasi dan Konsumsi Domestik Jadi Mesin Utama
Beberapa faktor berperan penting dalam lonjakan ini. Stabil-nya harga pangan dan energi membuka ruang bagi pelonggaran suku bunga, yang pada gilirannya mendorong peningkatan investasi di dalam negeri.
India juga diuntungkan oleh struktur ekonomi yang mirip dengan Indonesia: berbasis konsumsi domestik. Namun, India adalah versi "jumbo"-nya. Sekitar 64% dari total PDB disumbang oleh konsumsi lokal. Hal ini membuat India relatif tahan banting terhadap gejolak global seperti penurunan ekspor atau konflik dagang internasional.
Formasi Modal Tetap Bruto melonjak hingga 9,4%, tertinggi dalam hampir dua tahun. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh 6%, mencerminkan pulihnya daya beli dan optimisme konsumen.
Di sisi eksternal, neraca perdagangan menunjukkan perbaikan. Ekspor tumbuh 3,9%, sementara impor turun tajam 12,7%, memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan PDB dari sisi permintaan asing bersih.
India Naik Daun di Ekspor Jasa Digital
India juga mulai menorehkan prestasi global dalam ekspor jasa. Negara ini kini menduduki peringkat ke-7 sebagai pengekspor jasa terbesar dunia, didorong oleh sektor IT dan telekomunikasi. Pada 2023, ekspor layanan digital India mencapai US$257 miliar, naik tajam dari hanya US$30 miliar pada 2005. Goldman Sachs bahkan memperkirakan angka ini bisa menyentuh US$800 miliar atau setara 11% dari PDB India pada 2030.
Dengan semua faktor ini, populasi muda, konsumsi kuat, investasi meningkat, dan ekspor jasa digital yang tumbuh pesat, India bukan hanya "bangkit", tetapi tengah bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi baru dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)