Ini 3 Ciri Hubungan Tidak Lagi Membahagiakan, Kata Psikolog

5 hours ago 4
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang merasa hubungan mereka berakhir tiba-tiba. Padahal, kenyataannya, hubungan jarang sekali putus secara mendadak. Biasanya, semuanya mulai berubah perlahan-secara halus, bahkan nyaris tak terasa.

Saat sudah terlalu nyaman dalam hubungan, sering kali kita memilih untuk tetap menjalani semuanya seperti biasa, tanpa benar-benar menyadari bahwa ada yang salah. Tapi, kalau diperhatikan lebih dalam, ada tanda-tanda kecil yang sebenarnya bisa jadi sinyal penting bahwa hubungan sudah tidak lagi sehat.

Menurut Mark Travers, Ph.D., seorang psikolog yang menulis dalam rubrik Social Instincts di situs Psychology Today, ada tiga tanda utama yang menunjukkan bahwa suatu hubungan mungkin sudah tidak lagi memberikan dampak positif bagi kita.

1. Lelucon Pasangan Tak Lagi Membuatmu Tertawa

Di awal hubungan, hal-hal kecil seperti lelucon receh, panggilan sayang aneh, atau candaan khas kalian berdua bisa jadi pemanis hubungan. Bahkan, hal-hal yang terlihat konyol bagi orang lain bisa bikin kalian merasa semakin dekat.

Tapi seiring waktu, kalau hubungan mulai renggang, momen-momen seperti ini bisa kehilangan maknanya. Yang dulu bisa bikin kamu tertawa, kini malah terasa hambar, bahkan menyebalkan.

Contohnya, kamu dan pasangan punya lelucon lama soal kejadian lucu bertahun-tahun lalu. Dulu setiap kali dibahas, kalian pasti tertawa. Tapi belakangan, kamu malah menghela napas atau hanya tersenyum sekilas tanpa benar-benar menikmati momen itu. Rasanya seperti harus pura-pura senang.

Sebuah penelitian dari jurnal Humor tahun 2020 menyebutkan bahwa bagaimana pasangan merespons upaya humor satu sama lain punya pengaruh besar terhadap kualitas hubungan. Kalau humor diterima dengan baik, itu bisa memperkuat hubungan dan menciptakan suasana yang positif. Tapi kalau justru diabaikan atau tidak lagi lucu, itu bisa menandakan adanya jarak emosional yang mulai terbentuk.

Tertawa bareng mungkin terdengar sepele, tapi ternyata punya peran penting dalam menjaga kehangatan dan kedekatan dalam hubungan. Kalau candaan mulai terasa hambar, mungkin sudah saatnya merenung: apakah hubungan ini masih terasa menyenangkan seperti dulu?

2. Dia Bukan Lagi Orang Pertama yang Ingin Kamu Ajak Cerita

Salah satu hal paling penting dalam hubungan yang sehat adalah keinginan untuk berbagi-baik cerita bahagia maupun keluh kesah. Biasanya, orang cenderung ingin mengabari pasangan lebih dulu saat ada sesuatu yang penting terjadi.

Tapi kalau kamu mulai merasa enggan atau ragu untuk cerita ke pasangan, bisa jadi ada yang berubah. Mungkin karena kamu takut dia bakal cuek, atau kamu sudah tahu dari pengalaman sebelumnya bahwa responnya tidak akan seperti yang kamu harapkan.

Misalnya, kamu baru saja dapat promosi kerja yang selama ini kamu impikan. Tapi alih-alih langsung cerita ke pasangan, kamu justru mengabari sahabat lebih dulu. Bukan karena pasangan nggak penting, tapi karena kamu merasa sahabatmu akan lebih antusias merayakan kabar itu.

Penelitian tahun 2021 yang dimuat di Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa pasangan yang merasa bahagia cenderung lebih terbuka dan sering berbagi cerita, karena memang ada rasa nyaman dan kedekatan. Sebaliknya, kalau perasaan itu memudar, keinginan untuk berbagi juga ikut hilang.

Kalau pasangan sudah bukan lagi tempat pertama yang kamu cari untuk berbagi suka duka, itu bisa jadi pertanda bahwa ikatan emosional di antara kalian mulai melemah. Dan kalau dibiarkan, hal ini bisa menciptakan jarak yang makin sulit diperbaiki.

3. Waktu Sendirian Terasa Lebih Menyenangkan

Dalam hubungan yang sehat, waktu berpisah justru bikin rindu. Tapi kalau kamu merasa lebih tenang saat sedang tidak bersama pasangan, itu bisa jadi sinyal bahaya.

Bayangkan kamu pergi liburan bareng teman-teman, tanpa pasangan. Sepanjang liburan, kamu nggak pernah merasa, "Aduh, andai dia ikut." Justru kamu menikmati ketenangan, tanpa drama, tanpa harus basa-basi.

Lalu ketika waktu liburan hampir habis, kamu justru merasa malas pulang. Bukan karena nggak kangen rumah, tapi karena tahu begitu ketemu pasangan lagi, kamu harus kembali menghadapi suasana yang bikin stres.

Sebuah studi dari Family Relations tahun 2020 menunjukkan bahwa banyak pasangan yang tetap bertahan dalam hubungan tak bahagia karena alasan eksternal-misalnya sudah tinggal serumah, punya anak, atau tekanan keluarga. Tapi lambat laun, mereka menyadari bahwa mereka merasa lebih damai saat sendiri. Dan sering kali, perasaan lega inilah yang menjadi dorongan untuk akhirnya berani keluar dari hubungan tersebut.

Kalau kamu mulai merasa lebih hidup saat tidak bersama pasangan, atau sering bertanya-tanya "Apa hidupku akan lebih bahagia tanpa dia?", mungkin sudah waktunya mengevaluasi kembali hubungan ini.


(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |