The Fed Siap Pangkas Suku Bunga, Saatnya RI Berpesta Pora

3 weeks ago 3
  • Pasar keuangan Indonesia mengakhiri perdagangan pekan lalu di zona merah, rupiah dan IHSG melemah
  • Wall Street pesta pora pada pekan lalu setelah The Fed mengisyaratkan pemangkasan suku bunga
  • Isyarat The Fed memangkas suku bunga serta data ekonomi global akan menjadi sentimen utama pasar pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia-  Pasar keuangan Indonesia menutup perdagangan pekan lalu dengan nada negatif. Koreksi pasar domestik ini terjadi di tengah sorotan global terhadap Jackson Hole Economic Symposium, di mana pidato Ketua The Fed Jerome Powell menjadi kunci arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Investor kini memasuki pekan baru dengan fokus pada sinyal pemangkasan bunga The Fed serta sederet data ekonomi penting dari AS, Eropa, dan Asia yang akan menentukan arah pasar global. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar serta sentimen satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan koreksi semakin dalam pada akhir penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (22/8/2025).

Indeks ditutup turun 0,4% atau 31,87 poin ke level 7.858,85. Sebanyak 380 saham naik, 288 turun, dan 288 tidak bergerak.

Nilai transaksi mencapai Rp 15,96 triliun. Sebanyak 40,67 miliar saham berpindah tangan dalam 1,88 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, konsumer non-primer menjadi sektor dengan penguatan terbesar, yakni 1,72%. Lalu diikuti oleh utilitas 1,16% dan industri 0,95%.

Seperti disebutkan tadi, perhatian pasar pada penutupan pekan lalu tertuju ke Jackson Hole Economic Symposium, terutama pidato Ketua The Fed Jerome Powell .

Secara keseluruhan, IHSG mencatatkan nilai transaksi perdagangan senilai Rp 105,4 triliun pada pekan lalu dengan volume transaksi 208,8 miliar saham. Asing mencatatkan net buy sebesar Rp 4,45 ttriliun.

Beralih ke pasar valuta asing, melansir dari Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (22/8/2025) mata uang garuda berada di level Rp16.335/US$ atau terdepresiasi 0,34%. Hal ini sekaligus mencatatkan pelemahan rupiah selama lima hari beruntun sejak Jumat (16/8/2025).

Dalam sepekan lalu rupiah telah mengalami pelemahan sebesar 1,11%, sekaligus tercatat sebagai mata uang dengan pelemahan terbesar nomor dua di kawasan Asia.

Serupa dengan nasib IHSG, ketidakpastian arah kebijakan The Fed ini menjadi penentu utama pergerakan rupiah pada penutupan pekan lalu.

Dari pasar obligasi, imbal hasil tenor Surat Berharga tenor 10 tahun ditutup di 6,37% atau naik tipis dibandingkan pada Kamis sebelumnya di 6,34%. Kenaikan ini menandai jika investor mulai melepas SBN sehingga harganya turun dan imbal hasil menanjak.

Pages

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |