Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Dewan Energi Nasional (2020-2025), Satya Widya Yudha menegaskan bahwa perubahan iklim saat ini bukanlah isapan jempol semata. Sehingga dalam kondisi ini, penggunaan energi bersih harus digencarkan oleh semua pihak, baik pemerintah, industri, bahkan hingga ke masyarakat.
"Justru kita harapkan masyarakat nantinya juga bisa memilih moda transportasi yang bisa menggunakan bahan bakar bersih. Ini kan menjadi kesadaran kolektif bagi masyarakat supaya bersama-sama bahwa mereka sudah berkontribusi untuk mengurangi emisi," ujar dia dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia, Jumat (31/10/2025).
Sebagaimana diketahui, ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) tergolong cukup besar. Melalui kebijakan B40, penggunaan energi yang lebih bersih diharapkan dapat meningkat mengingat bahan bakar tersebut menggunakan campuran biofuel.
"Walaupun tidak bisa 100%, tapi kita menuju ke arah sana. Maka B40 itu satu, di samping kita punya kesadaran lingkungan," kata dia.
 
Berkaca dari situ, Satya mengimbau para pelaku usaha importir kendaraan bermotor agar mempunyai kesadaran dan pemikiran yang sama terkait pentingnya pengunaan energi bersih. Dengan penggunaan bahan bakar berbasis B40, kendaraan tidak perlu dikonversi. Sebab, proses konversi dikhawatirkan mempengaruhi performa kendaraan dibandingkan ketika masih diproduksi di negara asal.
"Itu saya pikir menjadi tugas nanti untuk G2G antar negara untuk bisa merangsang supaya manufaktur itu juga menuju kepada energi bersih ke depannya," kata dia.
Satya meyakini, mobil dengan spesifikasi bahan bakar berbasis biofuel seperti B40 dan E5 akan terus berkembang. Konsumen pun dinilai tidak akan merasa performa mobilnya berkurang akibat penggunaan bahan bakar dengan campuran nabati. Sebab, mobil tersebut telah didesain sedemikian rupa sehingga bisa beradaptasi dengan penggunaan bahan bakar campuran biofuel.
Dari situ, pemerintah tinggal fokus mengurangi berbagai hambatan yang ada, seperti infrastruktur. Lantaran bahan baku bahan bakar berbasis nabati berasal dari tanaman, maka otomatis dibutuhkan lahan yang memadai. Kementerian/Lembaga pun saling berkolaborasi untuk mendukung ekosistem penyediaan bahan bakar ramah lingkungan.
"Kalau saya melihat waktu saya di Dewan Energi Nasional (DEN), itu jelas kelihatan sekali di anggota. DEN itu kan juga ada yang dari Kementerian Pertanian, ada Kementerian Perindustrian. Jadi menjadi sarana untuk bisa berembuk sebetulnya, untuk supaya dari pertanian menyediakan lahan, dari perindustrian ngomongin masalah mesinnya," pungkas dia.
(dpu/dpu)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Cara KKP Jaga Laut Tetap Sehat Lewat Ekonomi Biru Era Prabowo


















































