Jakarta, CNBC Indonesia — Operator taksi listrik Vietnam Green and Smart Mobility JSC (GSM), afiliasi konglomerasi Vingroup, tengah mengkaji rencana penawaran saham perdana (IPO) di luar negeri dengan valuasi yang disebut-sebut bisa mencapai US$ 20 miliar atau setara Rp 335,63 triliun.
Mengutip Reuters, Selasa (30/12/2025), Vingroup menyebut terdapat pandangan dari para penasihat yang mengindikasikan valuasi GSM di kisaran tersebut. Meski demikian, manajemen menegaskan valuasi final akan sangat bergantung pada waktu dan kondisi pasar saat pencatatan saham dilakukan.
GSM kabarnya tengah membidik Hong Kong sebagai lokasi IPO dengan target waktu sekitar 2027. Vingroup mengonfirmasi bahwa pencatatan tidak akan dilakukan pada 2026, namun belum memberikan kepastian lokasi maupun jadwal final.
Di sisi lain, sumber Reuters menyebut estimasi valuasi GSM berada di rentang US$2-3 miliar, dengan rencana penghimpunan dana sedikitnya US$200 juta, di mana perhitungan valuasi juga akan mempertimbangkan posisi utang. Rencana IPO ini masih bersifat tentatif dan berpotensi berubah.
GSM didirikan pada 2023 oleh Chairman Vingroup sekaligus pendiri VinFast, Pham Nhat Vuong. Perusahaan mengoperasikan armada taksi listrik bermerek Xanh SM, dengan seluruh kendaraan dipasok oleh VinFast yang telah lebih dulu melantai di Nasdaq pada 2023.
Jika valuasi US$20 miliar terealisasi, GSM berpotensi menyaingi kapitalisasi pasar Grab, yang saat ini berada di kisaran US$21 miliar. Grab sendiri beroperasi di berbagai lini, mulai dari transportasi, pesan-antar makanan, hingga layanan keuangan digital.
Vingroup menyatakan kolaborasi GSM dan VinFast telah menopang penjualan domestik VinFast, meskipun kontribusi penjualan ke GSM menyusut menjadi 26% per kuartal III-2025 dari 72% pada 2023, seiring upaya diversifikasi penjualan.
Saat ini GSM menguasai sekitar 40% pangsa pasar ride-hailing Vietnam pada kuartal I tahun ini, menurut data Mordor Intelligence. Perusahaan juga telah berekspansi ke Laos, Indonesia, dan Filipina, serta tengah menjajaki peluang masuk ke India.
Hong Kong sendiri tengah agresif menarik emiten asing. Hingga tahun ini, bursa tersebut telah menghimpun dana sekitar US$75 miliar, tertinggi sejak 2021, dan aktif membidik perusahaan Asia Tenggara untuk pencatatan perdana maupun sekunder.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]


















































