Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Asia Timur kembali meningkat tajam setelah Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya mengecam tindakan China yang disebut menargetkan radar ke arah pesawat militer Jepang dalam sebuah latihan pekan lalu. Kritik terbuka dari Washington ini menambah panjang rangkaian gesekan antara dua negara bertetangga yang sejak bulan lalu saling berhadapan dalam isu pertahanan dan Taiwan.
Insiden tersebut terjadi di dekat Kepulauan Okinawa, wilayah yang sensitif karena berada di antara jalur udara dan laut yang strategis bagi Jepang serta dekat dengan Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Situasi memanas sejak Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi pada bulan lalu menyampaikan di parlemen bagaimana Tokyo dapat bereaksi jika China melakukan serangan hipotetis terhadap Taiwan.
Dalam pernyataannya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa tindakan China tidak membantu menjaga ketenangan kawasan.
"Tindakan China tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional," ujarnya merujuk pada insiden radar tersebut, dilansir Reuters, Rabu (10/12/2025).
"Aliansi AS-Jepang lebih kuat dan lebih bersatu dari sebelumnya. Komitmen kami kepada sekutu kami, Jepang, tidak tergoyahkan, dan kami terus menjalin kontak erat mengenai hal ini dan isu-isu lainnya," imbuhnya.
Pernyataan itu langsung disambut Tokyo. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Minoru Kihara mengatakan komentar AS tersebut "menunjukkan aliansi yang kuat anatara AS dan Jepang".
Dalam konferensi pers di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun tidak secara langsung menanggapi kritik Washington. Ia menegaskan kembali bahwa seluruh latihan dan kegiatan militer China dilakukan "sesuai hukum internasional" dan "secara aman serta terkendali".
"Kami berharap masyarakat internasional dapat membedakan yang benar dari yang salah dan tidak tertipu oleh pihak Jepang. Sekutu Jepang, khususnya, harus meningkatkan kewaspadaan mereka dan tidak dimanipulasi oleh Jepang," katanya.
Sementara itu, Rusia "mengekor" China dalam patroli gabungan kedua negara di sekitar Jepang.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa dua pengebom strategis Rusia Tu-95, yang mampu membawa senjata nuklir, terbang dari Laut Jepang menuju Laut China Timur untuk bertemu dengan dua bomber China H-6. Setelah bertemu, keempat pesawat itu melakukan "penerbangan jarak jauh bersama" di kawasan Pasifik.
Dalam operasi tersebut, empat jet tempur China J-16 juga ikut mengawal, melakukan penerbangan pulang-pergi di antara Kepulauan Okinawa dan Miyako milik Jepang. Kementerian menegaskan bahwa Selat Miyako di antara kedua pulau itu merupakan perairan internasional.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

















































