Jakarta, CNBC Indonesia - Selama lima tahun terakhir, dominasi saham konglomerasi kian kuat di bursa, menggeser posisi saham BUMN dari jajaran 20 konstituen terbesar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
CNBC Indonesia Research mengumpulkan data sejak akhir 2021 sampai dengan data terbaru per penutupan kemarin Senin (21/7/2025) sebagai berikut :
Terlihat dari tabel di atas bahwa saham konglo semakin menguasai bursa, pada 2021 jumlah nya hanya berkisar sembilan emiten yang berada di naungan grup konglomerasi, berkontribusi sekitar 22,9% terhadap IHSG.
Namun, pada 2025 saham konglo sudah mendominasi hingga lebih dari 15 emiten. Kalau ditotal bobotnya mencapai 49,89%.
Bahkan, saham yang baru IPO sekitar seminggu sudah masuk ke top 20, yaitu PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).
Pada Selasa hari ini (22/7/2025) saham CDIA masih berpesta alias Auto Reject Atas (ARA) ke posisi Rp.1515 per lembar, sejak IPO saham ini sudah melonjak lebih dari 500%.
Sementara itu, saham BUMN kini hanya menguasai 12,07% dari posisi top 20 terkini, ini sangat turun jauh dibandingkan dominasi nya lima tahun lalu yang mencapai 19,3%. Sempat mencapai dominasi tertinggi pada akhir 2022 lalu mencapai 26,1%.
Melihat dominasi IHSG yang saat ini dikuasai saham konglo, terutama yang geraknya terlalu liat, ini patut diantisipasi. Karena, jika saham tersebut suatu hari turun dalam atau bahkan Auto Reject Bawah (ARB), akan membuat IHSG cepat kontraksi.
Meski begitu, kenaikan IHSG sejauh ini belum terlalu dipengaruhi oleh saham BUMN maupun saham perbankan big caps, jika rotasi sektoral mulai terjadi seiring dengan dukungan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI), harapannya penguatan IHSG tetap bisa dipertahankan, meskipun saham-saham konglo kini sudah rawan terjadi profit taking.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)