Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyoroti efek kebijakan tarif yang diusulkan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap upaya global menangani perubahan iklim.
Dalam pandangan mantan Wakil Menteri Luar Negeri tersebut, kebijakan ekonomi seperti tarif Trump justru bisa menjadi gangguan serius dalam transisi energi bersih dunia.
"Tarif Trump itu jelas bisa disebut sebagai great distraction, bahkan bisa masuk dalam kategori grey disruption terhadap perjuangan iklim," ujar Dino dalam press briefing Indonesia Net Zero Summit (INZS) 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (22/7/2025), merujuk pada istilah yang digunakan untuk menggambarkan hambatan samar tapi berdampak besar terhadap agenda hijau.
Menurut Dino, kebijakan perdagangan global sangat terkait erat dengan isu perubahan iklim.
"Perdagangan dan iklim saling berkaitan. Supply chain adalah bagian penting dari transisi energi. Maka, kalau sistem perdagangannya tidak mendukung, ini akan memperlambat semua," tegasnya.
Ia juga menyebut bahwa FPCI kini tengah mengkaji format perdagangan internasional yang justru bisa mempercepat perubahan ke arah energi bersih.
"Kami sedang memikirkan model perdagangan yang mendukung iklim. Mungkin barang-barang hijau bisa diberi tarif 0%. Ini sedang kami kembangkan sebagai gagasan," jelasnya.
"Melalui INZS, kami bersama lebih dari 130 mitra komunitas, organisasi, dan kampus ingin menyatukan visi dan memperkuat suara masyarakat sipil agar kebijakan iklim Indonesia tetap ambisius, inklusif, dan berorientasi pada aksi nyata," tutup Dino.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Dunia Bergejolak, Komitmen Hadapi Perubahan Iklim Terpangkas