Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku industri tekstil mengungkapkan bahwa ada beberapa industri yang tengah megap-megap saat ini, pasalnya permintaan di masyarakat tengah lesu, sehingga stok produksi melimpah.
"Ini beberapa anggota ada yang akan setop sementara karena stocknya di gudang penuh," kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, Selasa (22/7/2025).
Meski demikian, ia menegaskan bahwa perusahaan tersebut bukan berarti tutup dan melepas pekerjanya dengan cara pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Ini sedang menghitung stok dan rencana produksi lanjutan. Tapi tidak sampai ada PHK, hanya setop sementara," ujar Redma.
Terakhir kali pabrik di sektor hulu tekstil yang tutup yakni Produsen polyester PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) yang mengumumkan penghentian sementara operasional pabrik kimia dan serat di Karawang, Jawa Barat per 1 November 2024.
"Tidak ada yang tutup lagi, terakhir yang setop APF Karawang hanya jalan yang di Kaliwungu," sebut Redma.
Upaya untuk memperluas pasar dengan cara ekspor bisa dilakukan, apalagi pemerintah RI sudah sepakat dengan pemerintah Amerika Serikat dalam menetapkan tarif ekspor 19%.
"Tambahan tarif 19% ini memberatkan tapi setidaknya kita masih bisa bersaing dengan Vietnam terlebih dengan Bangladesh yg masih 35%, cukup melegakan khususnya di hilir. Untuk di hulu dan sektor antara yang bersaing dengan Korea juga tarif ini cukup untuk bisa bersaing," ujar Redma.
Meski demikian, agak sulit untuk mengandalkan pasar ekspor demi mendorong industri dalam negeri bangkit.
"Tapi kalau membuat industri makin membaik masih agak jauh, tarif ini masih memungkinkan bagi kita untuk mempertahankan kinerja ekspor, tapi tidak kinerja industri, karena disisi lain gempuran impor akan semakin kencang," sebut Redma.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pabrik Tekstil Raksasa Hangus Kebakaran, Asap Hitam Berkobar
