Roller Coaster Saham GOTO: Untung Rugi Beda Cerita, Drama Sama

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali 'terbang' pada perdagangan Senin (10/11/2025), melesat 9,84% dari Rp 61 ke Rp 67 per saham.

Pemicunya tak main-main yakni kabar dari "istana" yang mengonfirmasi adanya pembahasan merger dengan kompetitor abadinya, Grab, yang kabarnya akan dimediasi oleh Danantara.

Kenaikan ini seolah menjadi pengulangan dari pola yang terjadi pada 28 Juli 2025 lalu, di mana isu yang sama sukses mengerek GOTO dari level Rp 59 ke Rp 64.

Namun, bagi investor kawakan di pasar modal, isu ini adalah deja vu. Wacana konsolidasi dua raksasa teknologi Asia Tenggara ini sudah menjadi "serial" yang episodenya muncul hampir setiap tahun dengan bumbu yang berbeda-beda.

Berikut adalah rangkuman dari isu tersebut dan hasil dari setiap isu tersebut hingga yang sedang terjadi pada beberapa hari belakangan ini.

Negosiasi Paling Serius (Akhir 2020)

Ini adalah "episode" yang paling intens dan paling fundamental. Jauh sebelum Gojek merger dengan Tokopedia (membentuk GoTo), negosiasi murni antara Gojek vs Grab sudah berjalan alot.

Konteks saat itu adalah puncak "perang bakar uang" (cash-burning) yang brutal. Investor kakap, terutama SoftBank yang memiliki kepentingan di kedua perusahaan, dilaporkan menjadi pendorong utama agar keduanya "menikah" untuk menghentikan pendarahan modal dan menciptakan satu entitas dominan yang cepat profit.

Negosiasi ini akhirnya gagal total di awal 2021. Ada dua alasan utama:

  • Hambatan Anti-Monopoli: Tembok regulasi, terutama dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) di Indonesia, dinilai terlalu besar untuk dilewati.

  • Valuasi dan Kontrol: Tidak ada titik temu soal siapa yang akan memegang kendali dan bagaimana valuasi kedua perusahaan akan dihitung dalam entitas gabungan.

Kegagalan inilah yang akhirnya mendorong Gojek beralih ke "Rencana B" dan "menikahi" Tokopedia, yang melahirkan GOTO Group pada Mei 2021.

Rumor "Tes Ombak" Pasca-IPO (Februari 2024)

Setelah GoTo resmi melantai di bursa (IPO) pada 2022 dan harga sahamnya terus tertekan, isu ini kembali "digoreng". Pada Februari 2024, sebuah laporan dari media asing kembali menyebutkan adanya pembicaraan awal antara kedua belah pihak.

Ini adalah salah satu rumor besar pertama pasca-IPO. Reaksi pasar instan: saham GOTO dilaporkan sempat melonjak 7,14% menyentuh level Rp 90 di awal perdagangan, sebelum akhirnya kempis lagi.

Ini murni didorong oleh spekulasi pasar dan membuktikan bahwa isu merger masih menjadi "bahan bakar" spekulasi jangka pendek yang ampuh.

Babak Baru, Aktor Baru "Danantara" (Juli 2025)

Setelah rumor di 2024 mereda, "serial" ini kembali dengan alur cerita yang jauh lebih serius pada pertengahan 2025. Isu ini kembali memanas pada 28 Juli 2025, namun dengan "bumbu" yang sangat berbeda dan penting: munculnya nama Danantara.

Danantara, lembaga pengelola investasi pemerintah, disebut-sebut akan ikut cawe-cawe dalam potensi konsolidasi ini, kemungkinan sebagai mediator atau penjamin kepentingan nasional. Ini bukan lagi sekadar rumor antar korporasi atau media. Keterlibatan entitas yang terafiliasi dengan negara memberikan bobot baru pada rumor ini.

Seperti yang Anda amati, dampaknya langsung terasa. Pasar merespons positif kabar ini, mengangkat harga saham GOTO dari level gocap di Rp 59 ke Rp 64. Pasar melihat ini sebagai sinyal bahwa mungkin ada "mediator" yang bisa menjembatani kebuntuan regulasi yang selama ini jadi penghalang.

Klimaks Konfirmasi "Istana" (November 2025)

Ini adalah berita dari link pertama Anda dan merupakan kelanjutan-atau lebih tepatnya klimaks-dari episode Juli. Yang membuat episode ini paling kuat adalah sumber beritanya. Ini bukan lagi "rumor media" atau "sumber anonim".

Ini adalah konfirmasi on-record dari "Istana" (Pemerintah, melalui Mensesneg Prasetyo Hadi) bahwa diskusi tersebut memang ada dan Danantara memang terlibat. Pengakuan terbuka dari pejabat tinggi pemerintah ini mengubah status isu dari "spekulasi" menjadi "dikonfirmasi sedang dibahas".

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi saat berbincang dengan media di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (19/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi saat berbincang dengan media di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (19/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Tak heran, reaksi pasar bahkan lebih kuat. Saham GOTO kembali melesat signifikan (naik11,47%) dari Rp 61 ke Rp 68. Pasar melihat ini sebagai sinyal paling serius bahwa penghalang terbesar (restu anti-monopoli dari KPPU) mungkin kali ini sedang benar-benar dicarikan solusinya oleh pemerintah.

Dari sejarah ini, terlihat jelas sebuah pola: setiap kali isu merger diputar, saham GOTO mendapat sentimen positif jangka pendek. Pertanyaannya kini, apakah "episode" kali ini akan berakhir di pelaminan dengan restu regulator, atau kembali "gagal" seperti babak-babak sebelumnya?

Bukan Cuma Mimpi Merger Jangkar Realitas dari Rapor Keuangan

Namun, menyimpulkan pergerakan GOTO hanya didorong oleh mimpi adalah analisis yang dangkal. Faktanya, saham GOTO memiliki sopir lainnya yang jauh lebih fundamental dan rasional yaitu momentum rilis laporan keuangan (LK) per kuartal.

Jika isu merger adalah bensin yang memicu hype spekulatif, maka rilis LK adalah mesin yang membangun fondasi harga. Data historis membuktikan pasar sangat disiplin dalam memberi hadiah (reward) atau hukuman (punishment) setiap kali GOTO merilis rapor kinerjanya.

Berikut adalah jejak reaksi pasar murni terhadap rilis fundamental GOTO:

  • Kuartal III-2024 (rilis Oktober 2024)
    Reaksi negatif investor masih ingat betul bagaimana GOTO "dihukum" pasar. Saat rilis Laporan keuangan kuartal III- 2024, kinerja GOTO dinilai mengecewakan dan tidak sesuai ekspektasi. Realitas ini langsung memukul harga saham, yang tercatat turun dari Rp 71 ke Rp 68 pada periode rilis tersebut. Ini membuktikan pasar tidak akan mentolerir kinerja yang buruk.

  • Laporan Tahunan 2024 (rilis Maret 2025)
    Reaksi positif Ini adalah awal titik balik (turnaround). Rilis Laporan Tahunan 2024 menunjukkan perbaikan fundamental yang serius, terutama pada pos profitabilitas (Adjusted EBITDA). Pasar yang rasional mulai mengapresiasi, GOTO ditutup naik 3,75% sebagai respons positif atas sinyal turnaround tersebut.

  • Kuartal I 2025 (rilis April 2025)
    Reaksi datar setelah euforia laporan tahunan 2024, pasar kembali ke mode wait and see. Rilis laporan keuangan kuartal I 2025 dinilai "biasa saja" (in line with expectations). Hasilnya, harga saham GOTO cenderung datar. Ini menunjukkan investor butuh bukti lebih dari sekadar satu laporan yang bagus.

  • Kuartal II-2025 (rilis Juli 2025)
     Reaksi super positif inilah konfirmasi besar yang ditunggu pasar. GOTO merilis kinerja kuartal II- 2025 yang dilaporkan sangat positif dan jauh melampaui ekspektasi. Ini menjadi salah satu pendorong fundamental utama di balik kenaikan GOTO dari level Rp 59 ke Rp 64 (yang kebetulan terjadi bersamaan dengan rumor Danantara).

  • Kuartal III-2025 (rilis akhir Oktober 2025)
    Reaksi positif solid episode fundamental terbaru. GOTO merilis kinerja kuartal III- 2025 yang mengonfirmasi bahwa perbaikan kinerja di kuartal II bukanlah kebetulan. Berdasarkan Laporan Keuangan kuartal III 2025, GOTO sukses memangkas rugi bersih 82% YoY. Pasar kembali memberi hadiah, GOTO naik solid dari Rp 56 ke Rp 60.

Reli GOTO yang terjadi hari ini (10/11/2025) hingga menembus Rp 68 tidak terjadi di ruang hampa.

Fondasi harga GOTO telah dibangun secara solid oleh dua laporan keuangan (kuartal II dan kuartal III) yang membuktikan realitas turnaround. Isu merger dari Istana hanyalah bensin yang disiramkan ke mesin fundamental yang sudah terbukti menyala.

-

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |