Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menyimpan 'harta karun' strategis yang dibutuhkan dunia. Harta karun itu adalah logam tanah jarang (LTJ) yang terkandung di dalam produk turunan timah.
Logam tanah jarang menjadi mineral strategis lantaran fungsinya yang juga strategis. Mineral ini dibutuhkan untuk industri pertahanan, elektronik, radar, hingga baterai kendaraan listrik.
Direktur Pengembangan Usaha TINS Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara mengatakan perhatian global terhadap logam tanah jarang semakin tinggi. Nah, Indonesia menjadi salah satu negara yang strategis untuk pemenuhan logam tanah jarang ini, maklum sumber logam tanah jarang ini berada di mineral ikutan tambang timah, yakni monasit.
"Logam tanah jarang ini sedang hot dan sedang mendunia. Yang mana alhamdulillah kita Indonesia itu bisa dikatakan negara yang memiliki source logam tanah jarang terbesar, kemungkinan antara kedua atau ketiga di dunia," katanya dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, Jumat (14/11/2025).
Yang membuat Indonesia semakin diperhitungkan adalah dalam hal skala. Monasit dari penambangan timah diperhitungkan besar, dari 30 ribu ton timah, monasit yang bisa dihasilkan mencapai sekitar 1.500 ton.
"Apabila misal kita melakukan proses peleburan ataupun penambangan 30 ribu ton timah, itu potensi monasitnya itu di kisaran sekitar 1500-an ton," tambahnya.
Dengan besarnya potensi LTJ dalam timah, pihaknya menilai bahwa dunia saat ini mengincar LTJ tersebut. Buktinya, ketika Suhendra menghadiri sebuah konferensi internasional di Sydney pada akhir Oktober, menurutnya hampir seluruh negara maju kini memosisikan LTJ sebagai mineral prioritas karena menyangkut keamanan energi dan teknologi.
"Negara-negara dunia benar-benar concern untuk melihat potensi logam tanah jarang ini untuk dikembangkan," imbuhnya.
Dalam forum tersebut, perwakilan Uni Eropa bahkan menegaskan komitmen negara-negara Eropa untuk mengamankan pasokan LTJ melalui kolaborasi internasional. Indonesia sendiri secara eksplisit disebut sebagai negara dengan potensi sumber daya yang luar biasa.
Saat ini pun, Presiden Prabowo disebut telah meninjau Pulau Bangka wilayah utama konsesi PT Timah dan menyoroti besarnya potensi LTJ di kawasan tersebut. Dengan luas IUP mencapai hampir 500 ribu hektare, wilayah itu dinilai memiliki cadangan strategis untuk pengembangan industri masa depan.
PT Timah sendiri sudah meneliti REE sejak lama, pada 2010-2011, perusahaan mendirikan pilot plant untuk memisahkan unsur-unsur LTJ dari monasit. Walau belum memenuhi spesifikasi akhir, terutama terkait batas kandungan thorium yang harus di bawah 50 ppm, upaya pengembangan terus berjalan melalui kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga pendidikan.
Perusahaan juga tengah menyempurnakan teknologi pemrosesan dan menggandeng Badan Industri Mineral (BIM) untuk menyiapkan regulasi serta dukungan kelembagaan. Targetnya, pilot plant dapat masuk tahap akhir penyempurnaan hingga 2027, sebelum mulai proses komersialisasi pada 2028.
"Insya Allah nanti dalam 2 tahun ke depan sampai dengan 2027 itu kita coba lakukan proses penyempurnaan," tandasnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Diam-Diam AS Minta Logam Tanah Jarang RI


















































