RI Menanti Gebrakan Pidato Perdana Prabowo, IHSG Memburu Rekor 8000

1 month ago 5
  • Pasar keuangan RI ijo royo-royo lagi, IHSG tembus rekor, rupiah menguat tajam, obligasi juga diburu investor.

  • Wall Street mulai koreksi setelah rilis inflasi produsen dan data pasar tenaga kerja.

  • Fokus utama pelaku pasar hari ini beralih pada pidato kenegaraan pertama Prabowo dan Nota Keuangan, serta bersiap menyambut IHSG 8000.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air ijo royo-royo pada perdagangan kemarin Kamis (14/8/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi tembus 8000 pada akhir pekan ini jelang perayaaan kemerdekaan HUT RI ke-80 tahun.

Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artiikel ini.

IHSG berhasil meraih rekor tertinggi sepanjang masa baru pada penutupan kemarin di posisi 7.931,25. Dalam sehari menguat 0,43%, mengakumulasi tren positif selama lima hari beruntun.

Saham-saham blue chip dan emiten milik konglomerat masih menjadi motor utama pergerakan indeks kemarin.

Sebagai informasi, rekor tertinggi harga penutupan IHSG berada di level 7.905,39 pada 19 September 2024 silam, sedangkan untuk perdagangan intraday rekor IHSG sebelumnya terjadi pada tanggal yang sama di posisi 7.910,56.

Sebanyak 345 saham tercatat mengalami kenaikan, 282 terkoreksi dan 171 lainnya stagnan. Adapun total transaksi tercatat relatif ramai atau mencapai Rp18,68 triliun yang melibatkan 42 miliar saham dalam 2,14 juta kali transaksi. 

Nyaris seluruh sektor perdagangan menguat, dengan penguatan terbesar dibukukan oleh sektor teknologi, energi dan utilitas. Adapun sektor yang mengalami koreksi adalah sektor finansial dan properti.

IHSG menguat seiring kembalinya dana asing ke pasar modal. Kemarin, Kamis (14/8/2025), asing mencatat net buy senilai Rp 827,43 miliar di pasar reguler. Pada sepekan kemarin asing juga mulai kembali mencatat net buy, setelah sebelumnya selalu membukukan net sell.

Berkat kembalinya dana asing ke pasar Tanah Air, rupiah pun ikut menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Merujuk data Refinitiv pada kemarin, mata uang Garuda berakhir di posisi Rp16.106/US$.

Secara intraday rupiah sempat menembus level Rp16.080/US$ pada pembukaan perdagangan sebelum akhirnya koreksinya harus berkurang di penutupan. Penguatan rupiah kemarin sekaligus mencatatkan level terkuat rupiah sejak awal tahun.

Penguatan rupiah terjadi seiring dengan meningkatnya ekspektasi pelaku pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan sebesar 25 basis poin di bulan tersebut telah meningkat menjadi 95,8%. Optimisme ini menguat setelah data inflasi AS pada Juli menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan, disertai tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS.

Sejumlah Ekonom memproyeksikan tren penguatan rupiah masih berpeluang berlanjut di sisa tahun ini, yang didorong oleh sentiment global dan faktor domestik yang solid.

Ahmad Mikail, Senior Ekonom Sucor Sekuritas, mengatakan tren penguatan rupiah masih berpeluang berlanjut hingga menembus kisaran Rp15.500-Rp15.800 per dolar AS pada tahun ini. Keyakinan ini didasari proyeksi bahwa The Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan hingga 150 basis poin sepanjang 2025.

Menurutnya, pelaku pasar Wall Street saat ini bahkan memperkirakan pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin akan dilakukan langsung pada pertemuan September.

"Jika suku bunga di AS turun tajam, surplus ekspor kita yang selama ini diparkir di luar negeri akan kembali masuk ke Indonesia," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Selain itu,Rully Wisnubroto, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai faktor global menjadi pendorong utama penguatan rupiah saat ini. Ia menyoroti keyakinan pasar yang sudah mencapai 100% bahwa The Fed akan memangkas Fed Funds Rate pada September, baik sebesar 25 basis poin maupun 50 basis poin.

"Untuk akhir tahun, kami memprediksi rupiah berada di sekitar Rp16.150 per dolar AS," Ujar Rully.

Tren positif juga berlanjut ke pasar obligasi RI, tercermin dari yield surat utang tenor 10 tahun yang mengalami penurunan 0,03 basis poin (bps) ke posisi 6,40% pada penutupan kemarin Kamis.

Perlu dipahami, pada pasar obligasi pergerakan yield dan harga itu berlawanan arah. Jadi, ketika imbal hasil turun, maka harga sedang naik yang artinya investor banyak memburu surat utang Tanah Air.

Pages

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |