Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan akan diwarnai banyak sentimen, mulai dari dateline tarif Trump yang makin dekat, inflasi China, FOMC Minutes sampai parade saham IPO.
Sebagaimana diketahui, IHSG pada sepanjang pekan ini bergerak terkonsolidasi, bahkan transaksi sempat sepi di bawah Rp10 triliun yang mengindikasikan kemungkinan dana pelaku pasar sedang terjebak di antrian saham IPO.
IHSG pada Jumat lalu (4/7/2025) bertengger di 6.865,19. Dalam sehari menyusut 0,19% memperpanjang tren pelemahan dalam sepekan sebesar 0,47%. Indeks bursa saham RI ini sudah menandai zona merah selama tiga pekan beruntun.
Adapun beberapa sentimen yang akan mempengaruhi gerak IHSG pada pekan depan sebagai berikut :
Update Ekonomi AS : Ada FOMC Minutes
Pada pekan depan, akan ada sejumlah data ekonomi AS yang rilis seperti lelang US Treasury, Fed Balance Sheet, Ekspektasi Inflasi konsumen, perubahan stok minyak oleh EIA, sampai update pasar tenaga kerja.
Namun, salah satu yang menjadi sorotan ada FOMC Minutes, laporan risalah the Fed yang menjadi gambaran terbaru dari arah kebijakan suku bunga AS pada Kamis (10/7/2025).
Sebagaimana diketahui, the Fed tahun ini sama sekali belum menurunkan suku bunga, bisa dibilang cukup tertinggal dibandingkan bank sentral negara lainnya.
Menurut FedWatch Tool, platform yang memproyeksi hasil keputusan suku bunga the Fed memperkirakan paling cepat penurunan suku bunga akan terjadi pada September tahun ini dengan probabilitas mencapai 66%.
Jadi pada pertemuan akhir bulan ini, the Fed kemungkinan besar masih menahan suku bunga-nya.
Elon Musk Mau Bikin Partai Amerika
Sebagai tambahan sentimen di luar data ekonomi, satu cuitan Elon Musk pada Indepence Day Amerika Serikat Jumat lalu (4/7/2025) cukup mengejutkan netizen yang mengatakan ingin membuat partai Amerika untuk menyaingi partai republik Presiden AS Donald Trump.
Ungkapan Elon Musk itu dilontarkan menyusul cekcoknya dengan Trump terkait kebijakan soal pengeluaran pemerintah yang diatur dalam One Big Beautiful Bill Act.
One Big Beautiful Bill Act adalah sebuah rancangan undang-undang rekonsiliasi anggaran yang mencakup sejumlah kebijakan penting, mulai dari perpajakan, alokasi belanja negara, hingga isu keimigrasian.
Elon Musk mengkritik keras RUU ini, menyebutnya sebagai sesuatu yang "sangat menjijikkan" karena dinilai berpotensi memperbesar defisit anggaran secara drastis, berlawanan dengan komitmen Partai Republik yang sebelumnya berjanji akan menekan belanja negara.
Menanti Data Inflasi China
Beralih ke kawasan regional, dari negeri Sang Naga Asia pada pekan ini terpantau akan merilis data inflasi pada Rabu (9/7/2025) untuk periode Juni 2025. .
Ini cukup penting diperhatikan karena China sudah selama empat bulan beruntun mengalami deflasi. Artinya, daya beli masyarakat di sana bisa dibilang loyo.
Kondisi ini mirip dengan Indonesia, bedanya China menerima hantaman yang lebih kencang soal ketidakpastian tarif Trump, tetapi saat ini sudah lebih mendingin setelah ada kesepakatan tarif sebesar 30% dari sebelumnya ratusan persen dan ada pelonggaran untuk ekspor logam tanah jarah ke AS. Di luar itu, China juga masih menerima efek dari krisis properti yang berkepanjangan.
Untuk periode Juni, indeks harga konsumen China diharapkan stagnan atau 0%. Setidaknya lebih baik dibandingkan tiga bulan beruntun yang kontraksi 0,1%.
Seputar Data Ekonomi Indonesia - Parade IPO
Selanjutnya, ke sentimen dalam negeri pada pekan terpantau ada sejumlah data ekonomi akan rilis, mulai dari cadangan devisa oleh Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), sampai penjualan motor dan mobil.
Cadangan devisa (cadev) yang akan rilis pada Senin besok (7/7/2025) untuk periode Juni 2025 menurut laman Trading Economics diproyeksi bisa naik jadi US$ 157 miliar dibandingkan bulan Mei sebesar US$ 152,5 miliar.
Kenaikan cadev diharapkan seiring dengan posisi rupiah yang terpantau stabil sepanjang Juni meskipun pemerintah menghadapi pembayaran utang jatuh tempo ratusan triliun, didukung indeks dolar AS (DXY) yang jatuh ke bawah level 97, menandai level terpuruknya sejak 2009.
Sementara itu, untuk indeks keyakinan konsumen (IKK) di Indonesia pada Juni diprediksi semakin membaik naik ke level 123 dibandingkan periode Mei di posisi 117,5. Jika data ini betul naik, akan menunjukkan perbaikan dalam konsumsi masyarakat yang harapannya bisa menjadi daya dorong untuk pemulihan daya beli masyarakat.
Sentimen berikutnya yang akan mempengaruhi pasar pekan depan adalah sejumlah data soal otomotif terkait penjualan motor dan mobil. Sejauh ini data penjualan kendaraan bermotor masih terus turun di Indonesia, tetapi pasar mengharapkan akan ada perbaikan pada Semester II/2025 seiring dengan pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang akan dimulai akhir Juli 2025.
Beralih ke korporasi, pada pekan depan akan menjadi parade saham IPO. Tercatat ada delapan emiten yang akan menyemarakkan transaksi bursa, diantaranya sebagai berikut :
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)