Jakarta, CNBC Indonesia- Raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, melaporkan penurunan laba di kuartal-III (Q3) 2025 sebesar 2,3%, Selasa (4/11/2025). Penurunan harga minyak terus memukul pendapatan.
Laba bersih dilaporkan turun menjadi US$26,94 miliar (sekitar Rp 450 triliun) dari US$27,56 miliar pada tahun 2024. Ini menandai penurunan kuartalan ke-11 berturut-turut bagi Aramco, salah satu perusahaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.
"Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan pendapatan dan pendapatan lain yang terkait dengan penjualan, yang sebagian diimbangi oleh penurunan biaya operasional," kata Aramco dalam sebuah pernyataan kepada bursa saham Arab Saudi.
Harga minyak mentah telah tertekan dalam beberapa bulan terakhir oleh prospek permintaan yang suram akibat ketidakpastian ekonomi global terkait tarif dan kekhawatiran resesi. Namun isu geopolitik, termasuk sanksi baru AS yang menargetkan perusahaan energi Rusia, telah membantu menjaga harga minyak agar tidak merosot lebih signifikan.
Hasil ini juga muncul hanya beberapa hari setelah delapan anggota kunci aliansi OPEC+, termasuk Arab Saudi dan Rusia, mengumumkan kenaikan produksi minyak terbaru. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) telah meningkatkan produksi dengan kecepatan yang tidak banyak diprediksi di awal tahun.
Langkah untuk meningkatkan produksi ini menyusul pemangkasan produksi yang panjang oleh produsen untuk menopang harga. Namun, menghadapi persaingan yang semakin ketat, terutama dari produsen minyak serpih AS, merebut kembali pangsa pasar minyak yang lebih besar telah menjadi prioritas kelompok tersebut.
(sef/sef)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article AS, Rusia & Arab Punya Harapan Beda Soal Harga Minyak, Ini Alasannya


















































