Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tidak terlalu khawatir dengan posisi nilai tukar rupiah yang menembus Rp16.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Dirinya meyakini ke depan rupiah akan berbalik menguat.
"Kalau ekonomi kita tumbuh dengan bagus, asing pasti masuk ke sini. Investasi asing pasti masuk ke sini. Rupiah pasti akan menguat dengan signifikan," ungkap Purbaya saat rapat dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Jakarta, Senin (3/11/2025)
"Jadi bapak-bapak, ibu-ibu, jangan pegang dolar sekarang. Sekarang jual saja. Begitu ekonomi jalan. Ini menguat dengan signifikan," terangnya.
Purbaya mengakui ekonomi kuartal III-2025 kemungkinan akan lebih lemah dibandingkan kuartal lalu yang mencapai 5,12% year on year (yoy).
Sementara pada kuartal IV-2025 diharapkan bisa menembus 5,5%.
Sederet kebijakan sudah dikeluarkan oleh Purbaya sejak menjabat Menteri Keuangan. Salah satunya penempatan dana sebesar Rp 200 triliun kepada perbankan untuk mendorong penyaluran kredit dan hidupnya industri di dalam negeri.
Di samping itu ada beberapa kebijakan lain untuk meningkatkan daya beli masyarakat seperti magang nasional dan bantuan sosial. Pemerintah juga memberikan insentif pajak dan diskon untuk transportasi kereta api, pesawat dan kapal serta tol pada akhir tahun.
Purbaya juga gencar memonitor perkembangan belanja Kementerian Lembaga agar lebih cepat dan tepat sasaran. "Yang penting kita membalik momentum perekonomian," terangnya.
Pada tahun depan, ekonomi diperkirakan bisa tumbuh lebih cepat. Target yang dipatok adalah 6% pada semester II-2026.
Purbaya pun tak khawatir dengan berbagai tekanan ekonomi global yang terjadi saat ini mengganggu aktivitas ekspor Indonesia. Mulai dari perlambatan ekonomi global, perang tarif dagang, hingga konflik geopolitik yang terus terjadi di dunia.
Dirinya menjelaskan sepanjang tahun ini, ekspor Indonesia bahkan masih terus mengalami pertumbuhan di tengah berbagai faktor yang memicu ketidakpastian ekonomi global itu. Menyebabkan neraca perdagangan konsisten dalam posisi yang surplus.
"Kalau kita lihat, export kita year to date tumbuhnya 45% lebih dibanding tahun lalu. Surplusnya tumbuhnya 50%. Artinya kita untung banyak," kata Purbaya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik kemarin memang masih mencatat pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia per September 2025. Pada bulan itu, ekspor tumbuh 11,41% (yoy/year on year) menjadi US$24,68 miliar.
Peningkatan ekspor secara tahunan dipicu oleh ekspor nonmigas yang naik 12,79% (yoy) pada September 2025. Adapun, komoditas yang meningkat utamanya adalah emas dan permata yang naik 5,66% (yoy).
Masih moncernya kinerja ekspor itu membuat neraca perdagangan pada bulan September 2025 mengalami surplus sebesar US$ 4,34 miliar. Ini adalah surplus Indonesia dalam 65 bulan beruntun.
Surplus yang terus berlanjut hingga September 2025 ini disebabkan oleh kinerja ekspor yang masih lebih tinggi dari impor, yakni US$ 24,68 miliar, dibandingkan US$ 20,34 miliar.
Terus tumbuhnya kinerja ekspor ini pun menjadi salah satu penyebab Bank Indonesia meramal ekonomi Indonesia akan terus mengalami perbaikan pada periode sisa tahun ini.
Dari sisi moneter, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 akan melaju lebih tinggi dibanding kuartal II-2025 yang sebesar 5,12% secara tahunan atau year on year (yoy).
Perry menuturkan, laju pertumbuhan kuartal III-2025 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Oktober 2025 masih akan ditopang oleh kinerja moncer ekspor. "Jadi dengan tren kuartal III akan lebih tinggi dari kuartal II, dan kuartal IV lebih tinggi dari kuartal III," kata Perry dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (3/11/2025).
Perry mengatakan, untuk kuartal IV-2025 pun, laju pertumbuhan juga masih akan lebih tinggi dari catatan kuartal III-2025 nanti
Proyeksi ini membuat Perry percaya diri memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini akan berada di titik atas dari rentang perkiraan BI 4,7% sampai dengan 5,5%.
"Terutama didorong oleh kinerja ekspor yang masih sangat bagus dan juga berbagai kebijakan-kebijakan untuk mendorong kredit dan pembiayaan," paparnya.
"Serta beberapa implementasi proyek prioritas pemerintah, ketahanan pangan, energi, serta paket kebijakan ekonomi, termasuk bansos yang akan disalurkan kuartal IV ini," tegas Perry.
(mij/mij)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Ketua LPS: Pemikiran Sumitro Relevan dengan Situasi Indonesia Kini


















































