Projo 'Tinggalkan' Jokowi karena Cemburu Sama PSI?

3 hours ago 1

Jakarta -

Organisasi relawan Projo, yang selama ini dikenal sebagai Pro Jokowi, mulai berubah haluan dengan bersiap mengganti wajah Presiden ke-7 RI Joko Widodo dari logo mereka. Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, mau merapat ke Gerindra, partai politik Presiden Prabowo Subianto. Ada apa di balik langkah drastis Projo?

Konsultan Politik Politika Research and Consulting (PRC), Nurul Fatta, menganalisis fenomena peralihan relawan Jokowi ke Prabowo. Menurutnya, ada tanda-tanda kecemburuan Projo terhadap 'rumah baru' Jokowi.

"Saya menilai langkah Projo yang kini memberikan dukungan penuh kepada Prabowo Subianto merupakan tanda berakhirnya era politik relawan yang lahir di masa kepemimpinan Jokowi," kata Fatta kepada wartawan, Rabu (5/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Rumah baru' Jokowi yang dimaksud Fatta adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Jokowi memang sudah berujar bakal bekerja keras untuk PSI. Nama Jokowi juga dikait-kaitkan dengan sosok misterius 'Bapak J' sebagai Ketua Dewan Pembina partai berlogo gajah itu.

Kedekatan Jokowi dan PSI ini, menurut Fatta, menimbulkan kecemburuan politik di Projo. Selama ini, kata dia, Projo dikenal sebagai rumah utama Jokowi saat menjabat presiden 2 periode.

"Saya membaca pergeseran arah politik Projo tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik saat ini. Di mana, belakangan Jokowi tampak lebih dekat dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang kini dipimpin oleh putranya, Kaesang Pangarep," kata Fatta.

"Bagi saya, kondisi inilah yang menciptakan kecemburuan politik di tubuh Projo yang selama ini merasa sebagai 'rumah utama' relawan Jokowi," imbuhnya.

Dia menyebut Projo sejak awal dibangun atas loyalitas personal kepada Jokowi, bukan partai tertentu atau ideologi tertentu. Ketika Jokowi kini dipandang punya rumah politik baru berupa PSI, dia menyebut sangat normal apabila Projo merapat ke Gerindra.

"Jadi wajar kalau muncul perasaan ditinggalkan," kata Fatta.

Nurul Fatta, Peneliti dan Pengamat Politik di Politika Research and Consulting.Nurul Fatta, Peneliti dan Pengamat Politik di Politika Research and Consulting. (Foto: Dok Pribadi)

Fatta menilai langkah Budi Arie Setiadi yang menyatakan siap bergabung ke Partai Gerindra merupakan bentuk adaptasi terhadap realitas politik hari ini. Dia menyebut Budi Arie menyadari betul sosok politik terkuat hari ini ialah Prabowo Subianto.

"Budi Arie mulai sadar dalam membaca realitas politik, bahwa kekuasaan hari ini benar-benar sudah ada di tangan Prabowo. Bahkan Jokowi pun tidak punya ruang atau mungkin tidak memberikan dukungan dalam mengamankan posisinya sebagai Menteri Koperasi Indonesia sebelumnya," katanya.

"Makanya, pada akhirnya dia mengerahkan dukungannya kepada pemerintahan Prabowo, dan berupaya menghilangkan identitas Projo yang selama ini melekat pada sosok Jokowi saja," ujar Fatta.

Menurut Fatta, dinamika ini menunjukkan kekuatan relawan Jokowi tak lagi terpusat ke satu sosok. Menurutnya, langkah Projo yang diputuskan dalam kongres beberapa waktu lalu adalah hal realistis.

"Jadi apa yang dilakukan Budi Arie dengan relawan Projo-nya merupakan langkah yang realistis dengan bergerak mengikuti pusat kekuasaan, tapi hal itu yang kemudian dapat mengaburkan makna kerelawanan," kata Fatta.

Terlepas dari analisis Fatta, Budi Arie menegaskan Projo tidak putus hubungan dengan Jokowi. Dia menyebut langkah politik Projo murni penyesuaian terhadap kepemimpinan baru.

"Perkembangan berita ini seolah-olah disampaikan terkesan Projo putus hubungan dengan Pak Jokowi. Jangan di-framing. Projo ini lahir karena ada Pak Jokowi," kata Budi dalam pidatonya saat pelaksanaan kongres ke-3 Projo di Jakarta, Minggu (2/11).

(gbr/tor)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |