Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah serangan drone pada Selasa (9/12/2025) malam menewaskan puluhan orang di sekitar fasilitas pemrosesan minyak terbesar Sudan. Serangan tersebut terjadi hanya sehari setelah Rapid Support Forces (RSF) mengambil alih lapangan minyak Heglig, wilayah strategis yang terletak dekat perbatasan Sudan Selatan.
RSF, yang sejak 2023 terlibat perang berkepanjangan melawan Angkatan Bersenjata Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF), menyatakan bahwa lokasi itu dihantam drone Akinci buatan Turki. Namun baik RSF maupun SAF mengakui kepada The Associated Press bahwa jumlah pasti korban tewas dan luka belum dapat dipastikan.
Laporan media lokal menyebut tujuh pemimpin suku dan "puluhan" prajurit RSF turut menjadi korban. RSF mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
Dua pejabat militer Sudan membenarkan adanya serangan drone, yang menurut mereka memang diarahkan untuk menargetkan posisi RSF.
Pemerintah Negara Bagian Unity di Sudan Selatan mengonfirmasi bahwa tiga tentaranya ikut tewas. Seorang prajurit Sudan Selatan yang menyaksikan kejadian itu, namun meminta identitasnya dirahasiakan karena tidak berwenang memberikan pernyataan, memperkirakan sekitar 25 orang meninggal dalam insiden tersebut.
Komandan Sudan Selatan Johnson Olony dalam keterangannya mengatakan pasukan dari negaranya kemungkinan dikirim untuk mengamankan Heglig setelah RSF mengambil alih fasilitas tersebut. Namun juru bicara militer Sudan Selatan menolak memberikan komentar lebih jauh.
Sudan Selatan sendiri bergantung sepenuhnya pada pipa minyak Sudan untuk mengekspor hasil minyaknya, sehingga konflik yang terus berkecamuk telah berulang kali mengganggu produksi dan memperburuk krisis ekonomi negara itu.
Sebelumnya, pada Senin, tentara Sudan dan para pekerja minyak mulai mengevakuasi Heglig setelah RSF memasuki area tanpa perlawanan. Menurut pernyataan Kementerian Informasi Negara Bagian Unity, sekitar 3.900 tentara Sudan menyerahkan senjata mereka kepada pasukan Sudan Selatan setelah menyeberang ke County Rubkona.
Rekaman dari penyiar nasional Sudan Selatan menunjukkan sejumlah besar perlengkapan militer, termasuk tank, kendaraan lapis baja, dan artileri, yang diserahkan oleh para prajurit tersebut.
Di saat yang sama, ribuan warga sipil Sudan mulai menyeberangi perbatasan menuju Sudan Selatan sejak Minggu dan arus kedatangan terus berlanjut hingga Rabu. Pemerintah Sudan Selatan mengatakan angka pastinya belum dapat ditentukan, namun menegaskan negara itu tetap menjaga sikap netral meski dituding memihak RSF.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

















































