Peneliti Temukan Virus Baru Penyebab Penyakit Seribu Wajah

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi terbaru menemukan bukti kuat lupus (penyakit autoimun) mungkin dipicu oleh Epstein-Barr virus (EBV). Virus itu adalah salah satu virus paling umum di dunia yang menginfeksi hingga 95% populasi.

Lupus adalah penyakit peradangan kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri. Sering dijuluki sebagai "penyakit seribu wajah" karena gejala yang timbul menyerupai gejala berbagai penyakit, lupus dapat menyerang berbagai organ tubuh mulai dari persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, hingga paru-paru.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Translational Medicine menunjukkan, virus EBV dapat membajak sebagian sel imun dan memicu serangan tubuh terhadap sel-selnya sendiri, sehingga menyebabkan lupus. 

Selama puluhan tahun, ilmuwan menduga ada hubungan antara EBV dan lupus. Namun, mekanisme pastinya tidak jelas. Studi terbaru dipimpin Dr. William Robinson dari Stanford University dan disebut sebagai kunci mekanisme yang selama ini hilang.

"Menurut kami, ini adalah potongan mekanisme yang hilang. Kami pikir temuan ini berlaku untuk semua kasus lupus," kata Robinson dikutip dari NBC News, Jumat (14/11/2025).

Robinson menemukan, penderita lupus memiliki 25 kali lebih banyak sel B yang terinfeksi EBV dibandingkan orang sehat. Selain itu, ia menjelaskan bahwa virus tersebut dapat memprogram ulang sel B untuk memproduksi antibodi antinuklear (ANA) atau penanda utama lupus, yang kemudian menyerang jaringan tubuh.

"Mekanisme ini bisa menjelaskan kelelahan ekstrem, ruam kulit, nyeri sendi, hingga kerusakan ginjal yang dialami pasien lupus," jelasnya.

Meski begitu, para ahli mengingatkan, bukti tambahan masih dibutuhkan untuk memastikan mekanisme ini berlaku bagi seluruh kasus lupus.

"Jika kita mulai memahami bagaimana virus ini bisa memicu penyakit autoimun, sudah waktunya memikirkan bagaimana mencegahnya," kata Dr. Anca Askanase, direktur klinis Lupus Center Columbia University, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

EPV adalah penyebab utama mononukleosis (mono). Penularannya melalui air liur, seperti berciuman atau berbagi minuman. Setelah menginfeksi seseorang, virus ini menetap secara permanen dalam tubuh.

Riset sebelumnya juga menemukan kaitan EBV dengan multiple sclerosis (MS), rheumatoid arthritis dan crohn's disease. Namun, sebagian besar orang yang terinfeksi EBV tidak akan mengalami penyakit autoimun.

Peneliti menduga hanya jenis tertentu virus atau faktor genetik dan hormonal yang memicu reaksi ekstrem. Temuan ini pun membuka arah terapi masa depan. Obat lupus saat ini sebagian besar berfokus pada penurunan peradangan secara luas.

Ke depannya, terapi bisa dirancang untuk menyerang sel B yang terinfeksi EBV dan memblokir jalur biologis yang memicu autoimun. Para ilmuwan juga mempercepat pengembangan vaksin Epstein-Barr. Beberapa kandidat vaksin sudah memasuki tahap uji klinis.

"Melindungi orang dari infeksi EBV akan menjadi solusi paling fundamental," kata Robinson.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article 10 Tanda Awal Penyakit Lupus yang Sering Diabaikan

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |