Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034, dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik ditargetkan dapat mencapai 69,5 Gigawatt (GW).
Adapun dari kapasitas tersebut 16,6 GW akan berasal dari pembangkit berbasis energi fosil, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan dibandingkan dengan RUPTL sebelumnya, terdapat perubahan dalam alokasi gas. Semula kapasitas pembangkit gas direncanakan sebesar 15,2 GW, lalu turun menjadi 10,3 GW.
"Ini arahan dari Bapak Presiden untuk meningkatkan swasembada energi. Energy security bagian dari Asta Cita, untuk itu kita bersama-sama bisa mengurangi konsumsi gas. Dan itu pembangkit listrik yang berbasis pada gas kita kurangi. Arahnya jelas, dari 15 GW diturunkan jadi 10 GW," ujar Darmawan dalam acara Diseminasi RUKN dan RUPTL PLN 2025-2034 di kantor Ditjen Gatrik, dikutip Kamis (5/6/2025).
Lebih lanjut, Darmawan mengatakan bahwa penurunan kapasitas pembangkit gas untuk mengurangi ketergantungan pada LNG. Pasalnya, untuk mengoperasikan pembangkit gas sebesar 1 GW dibutuhkan sekitar 20 kargo LNG, sehingga pengurangan kapasitas dari 15,2 GW menjadi 10,3 GW akan memangkas konsumsi LNG hingga 100 kargo.
"1 GW pembangkit gas dibutuhkan sekitar 20 kargo LNG. Jadi pengurangan dari 15 ke 10 GW ini cukup lumayan jumlah kargo LNG-nya. Di masa depan begitu kita bergantung pada kargo LNG dengan jumlah yang sangat besar tentu saja ada kemungkinan kargo LNG-nya harus diimpor," katanya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Trump "Tekan" Jepang-Korsel Untuk Investasi di Proyek LNG Alaska
Next Article PLN Butuh 20 Kargo LNG Untuk Pembangkit Hingga Akhir Tahun Ini