Jakarta, CNBC Indonesia - Peresiden RI Prabowo Subianto bersama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meresmikan Pabrik New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, Banten, Kamis (6/11/2025).
Dengan beroperasinya pabrik hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) ini, dipastikan impor produk petrokimia bisa mengalami penurunan.
"Dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti tahun sebelumnya. 70% adalah substitusi impor, 30% kita ekspor. Total nilainya, revenue-nya, jualannya per tahun itu US$ 2 miliar," terang Bahlil dalam peresmian Pabrik, Kamis (6/11/2025).
Dalam catatan, proyek strategis ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 64 triliun. Pabrik ini dinilai menjadi salah satu investasi petrokimia terbesar di kawasan Asia Tenggara, serta merupakan kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir.
"Proyek ini merupakan bagian dari program strategis hilirisasi di sektor Minyak dan Gas Bumi, yang dilaksanakan berkat inisiasi Menteri ESDM. Proyek ini dibangun sejak tahun 2016 dan beroperasi komersial pada bulan Oktober 2025," mengutip fact sheet peresmian pabrik, yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (6/11/2025).
Kelak, jika pabrik ini beroperasi penuh, akan menghasilkan produk hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) senilai US$ 2 miliar/tahun. Di mana US$ 1,4 miliar merupakan substitusi impor dan US$ 600 juta berkontribusi pada peningkatan ekspor nasional.
Di pabrik ini, bahan baku berupa Naphta (3,200kTA) (LPG 0~50%) menjadi Produk Hulu dan Produk Hilir. Adapun produk hulu berupa Ethylene (1,000kTA), Propylene (520kTA), Mixed C4 (320kTA), Pyrolysis Gasoline (675kTA), Pyrolisis Fuel Oil (26kTA), dan Hydrogen (45kTA), serta produk hilir berupa High Density Poly Ethylene (250kTA), Linear Low Density Poly Ethylene (200kTA), Poly Propylene (350kTA), Butadine (140kTA), Raffinate (180kTA), Benzene, Toluene, Xylene (400kTA).
Produk-produk tersebut akan menjadi bahan baku penting pembuatan botol plastik, kabel, bumper mobil, peralatan medis, ban, karet sintesis, pembasmi serangga, dan cat.
Proyek ini memberikan kontribusi bagi Indonesia, di antaranya:
a. Mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia, di mana saat ini lebih dari 50 persen kebutuhan nasional masih dipenuhi dari luar negeri.
b. Menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 40 ribu tenaga kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, selama tahap konstruksi dan operasional.
c. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia lokal, melalui transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja.
d. Mendorong tumbuhnya industri hilir, yang akan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi seperti plastik, serat sintetis, dan berbagai komponen industri manufaktur.
e. Memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur lokal, dan program tanggung jawab sosial perusahaan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Danantara Suntik US$800 Juta ke Proyek Chandra Asri

















































