Myanmar Hancur Lebur Dihantam Gempa dan Bom, Perang Menggila

1 day ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Myanmar masih melakukan pengeboman di kota-kota meskipun terjadi krisis gempa. Serangan bom tersebut merupakan bagian dari gerakan perlawanan bersenjata terhadap pemerintah militer Myanmar mengkritik junta militer.

Kritikan tersebut karena militer Myanmar tetap melakukan serangan udara ke desa-desa bahkan ketika negara tersebut baru saja dilanda gempa bumi yang menewaskan sekitar 1.700 orang.

Persatuan Nasional Karen, salah satu tentara etnis tertua di Myanmar, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa junta militer terus melakukan serangan udara yang menargetkan daerah-daerah sipil, bahkan ketika penduduk sangat menderita akibat gempa bumi.

Kelompok ini sangat menyayangkan bahwa dalam situasi normal, militer akan memprioritaskan upaya-upaya bantuan, namun justru berfokus pada mengerahkan pasukan untuk menyerang rakyatnya.

Mengutip Reuters, seorang juru bicara junta tidak menjawab pertanyaan kritik tersebut.

Sebagai informasi, Myanmar telah terjebak dalam perang saudara dengan berbagai kelompok oposisi bersenjata sejak kudeta tahun 2021, ketika militer mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan terpilih pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi.

Organisasi bantuan Free Burma Rangers mengungkapkan, tak lama setelah gempa bumi dahsyat pada hari Jumat lalu, jet-jet militer melancarkan serangan udara dan serangan pesawat tak berawak di negara bagian Karen, dekat markas KNU.

Sementara Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menyerukan gencatan senjata segera untuk membantu distribusi bantuan, setelah pertemuan virtual dengan rekan-rekannya di ASEAN mengenai bencana tersebut.

"(Balakrishnan) menyerukan gencatan senjata yang segera dan efektif di Myanmar yang akan memfasilitasi upaya-upaya untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan rekonsiliasi nasional jangka panjang, perdamaian dan rekonstruksi," ujar kementerian luar negeri Singapura dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, pusat gempa berkekuatan 7,7 skala Richter tersebut terjadi di sebuah wilayah yang dikuasai oleh pasukan junta, tetapi kerusakannya meluas dan juga mempengaruhi beberapa wilayah yang dikuasai oleh gerakan-gerakan pemberontakan bersenjata.

Pada hari Minggu, oposisi Pemerintah Persatuan Nasional, yang mencakup sisa-sisa pemerintah yang digulingkan pada tahun 2021, mengatakan milisi anti-junta di bawah komandonya akan menghentikan semua aksi militer ofensif selama dua minggu.

Richard Horsey, penasihat senior Myanmar di Crisis Group, mengatakan beberapa pasukan anti-junta telah menghentikan serangan mereka, tetapi pertempuran masih berlanjut di tempat lain.

"Rezim juga terus melancarkan serangan udara, termasuk di daerah-daerah yang terkena dampak. Hal ini harus dihentikan," katanya.

Rezim tidak memberikan banyak dukungan yang terlihat di daerah-daerah yang dilanda gempa, tambahnya. "Pemadam kebakaran lokal, kru ambulans, dan organisasi masyarakat telah dimobilisasi, tetapi militer yang biasanya dimobilisasi untuk mendukung dalam krisis seperti itu tidak terlihat," kata Horsey.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: DPR Buka-bukaan Soal Danantara - Proyek Rumah & Makan Gratis

Next Article Efek Dahsyat Pasca Gempa Guncang Myanmar dan Thailand

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |