Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini viral masalah ricuhnya ajang pencari karyawan atau yang dikenal dengan sebutan Job Fair. Masih banyaknya pengangguran di Tanah Air mendorong membludaknya para pencari kerja yang hadir di event Job Fair.
Salah satunya Job Fair terbaru bertajuk "Bekasi Pasti Kerja Expo" yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi di President University, Cikarang Utara pada Selasa (27/5/2025), sempat diwarnai kericuhan.
Puluhan ribu pencari kerja yang memadati lokasi, saling berdesakan, bahkan terlibat aksi saling dorong, hingga memicu keributan dan berakhir dengan adu jotos sesame pencari kerja.
Kericuhan dipicu karena berebutnya para pelamar kerja saat melakukan QR Code yang berisi daftar perusahaan peserta. Pamflet berisi QR Code ditempelkan di dinding lokasi, dan para pencari kerja yang telah menunggu sejak pagi langsung berebut mendekat. Situasi semakin tidak terkendali ketika emosi pencari kerja yang sudah lama mengantre ikut tersulut. Alhasil, sejumlah orang pingsan karena desak-desakan dan banyak yang mulai kelelahan.
Terpantau kuota awal yang disiapkan untuk kloter pertama Job Fair sebenarnya hanya sekitar 2.000 pelamar. Akan tetapi jumlah pelamar yang hadir diperkirakan mencapai lebih dari 25.000 orang.
Hal ini pun menjadi viral usai membludaknya para pencari kerja hingga menimbulkan kericuhan.
Hal ini membuktikan bahwa masih banyak orang yang menganggur.
Berddasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025, menyebutkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia saat ini mencapai 153,05 juta orang, bertambah 3,67 juta orang dari Februari 2024. Di antara jumlah tersebut, 145,77 juta orang termasuk penduduk bekerja, naik 3,59 juta dibanding Februari 2024.
Kemudian, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2025 pun mencapai 4,76%. Meski jika dilihat dari persentasenya, angkanya sedikit menurun,.
Sementara itu, umlah pengangguran di Indonesia meningkat, mencapai 7,28 juta orang, naik 1,1% atau sekitar 80 ribu dibanding Februari 2024.
Data-data ini menunjukkan masih tingginya tingkat pengangguran di dalam negeri.
Namun kabar buruknya, saat viralnya kericuhan Job Fair di Bekasi, tersirat kabar bahwa salah satu HRD yang bekerja di perusahaan dalam negeri membocorkan kabar bahwa Job Fair hanya menjadi ajang formalitas karena aturan pemerintah.
Di berbagai media sosial instragram, tiktok bahkan X tersebar kabar dari kolom komentar bahwa Job Fair 90% hanya formalitas karena perusahaan dipaksa oleh pemerintah untuk mengikuti kegiatan tersebut, padahal perusahaan tersebut sedang tidak mencari karyawan.
Bahkan banyak yang menyarankan untuk tidak mengikuti Job Fair karena hanya membuang tenaga, ongkos dan biaya print lamaran kerja.
Banyak juga yang merekomendasikan berbagai platform aplikasi pencari kerja yang lebih akurat dan terpercaya dibandingkan Job Fair.
Mencuatnya hal tersebut membuat banyak orang terkejut dan juga kecewa, namun banyak netizen lainnya yang ikut berkomentar bahwa hal tersebut adalah fakta.
Ajang Job Fair kini menjadi PR pemerintah agar tidak terulang terjadinya kericuhan dan memastikan bahwa perusahaan yang terdaftar benar-benar sedang membutuhkan karyawan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)