Jakarta -
KM Labobar merupakan salah satu kapal terbesar milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau PT Pelni. Kapal ini dapat menampung hingga 3.000 penumpang dalam sekali perjalanan.
detikcom berkesempatan ikut berlayar bersama KM Labobar dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara, Senin (3/11/2025). Adapun kapal ini akan menuju pelabuhan akhir di Fakfak, Papua Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan jauh yang ditempuh KM Labobar membutuhkan perbekalan cukup banyak. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan makan seluruh orang di kapal.
Karena itu dapur menjadi tempat krusial, sebab di situlah tempat untuk mengolah bahan makanan mulai dari awak kapal hingga penumpang yang jumlahnya mencapai ribuan.
"Jadi memang kapal kita di-provide sama dapur yang sifatnya mereka memang full, ada catering system," kata Vice President Pelayanan Angkutan Penumpang Repona Indah Pertiwi kepada wartawan di atas KM Labobar dalam perjalanan menuju Tanjung Perak, Surabaya, Selasa (4/11/2025).
Dapur utama KM Labobar berada di Dek 4. Di dalamnya terdapat area masak, wastafel, gudang makanan, kamar pendingin hingga area saji.
Tiga kamar pendingin untuk menyimpan bahan baku makanan seperti daging, sayuran dan buah. Sedangkan minyak, beras dan makanan lainnya ada pada gudang makanan. Stoknya berlimpah, untuk menjamin penumpang tidak kelaparan.
Uniknya pada dapur berukuran besar itu tidak ada gas. Seluruh bahan makanan dimasak menggunakan listrik.
"Di kapal kita tidak ada gas, kita pakainya listrik, cook plate. Jadi di semua kapal penumpang tidak boleh ada yang namanya gas, karena itu sangat membahayakan," jelasnya.
Ada sebanyak 937 penumpang yang naik dari Jakarta pada pelayaran KM Labobar kali ini. Dalam perjalanan itu, para penumpang mendapat fasilitas makan tiga kali sehari. Sebanyak itu pula menu makan yang harus disediakan petugas dapur saat pagi, siang dan malam hari.
Repona atau yang akrab disapa Rere itu memastikan pihaknya selalu menjaga keamanan pangan. Salah satunya dengan menerapkan semua barang di dapur menggunakan stainless.
"Itu semua barangnya sudah stainless. Walaupun memang secara dinding, ini semuanya masih bawaan Jerman asli ya yang harus kita renov," tutur Rere.
"Tapi kalau untuk peralatan, kita menjaga semuanya higienitas, personal hygiene-nya si juru masak itu semuanya sudah dipakai, terus mereka juga harus pakai masker, headmate, terus mereka juga kayak tadi barang-barang semua stainless," lanjut dia.
Di sisi lain, Rere menyatakan pihaknya juga selalu memperhatikan keseimbangan gizi makanan. Seperti menambahkan suplemen hingga susu pendamping nasi, lauk dan sayur yang diberikan.
"Jadi memang kita kan menggandeng ahli gizi juga. Semua permakanan kita semua diukur, ditakar, dan dinilai lah ya gitu ya sama ahli gizi apakah ini cukup sesuai untuk memenuhi gizi penumpang, gizi makanan sehari-hari," ucap Rere.
Penumpang akan diinformasikan jika makanan telah selesai disajikan. Mereka kemudian mengantre dengan tertib untuk menukar fasilitas makanan dengan melakukan scan tiket kepada petugas.
Adapun menu yang disajikan hari yakni nasi, ayam bumbu rujak, sosis, tumis sayur, biskuit dan kerupuk kemasan. Khusus untuk bayi, disediakan bubur putih.
Makanan dan bubur bayi itu dikemas pada wadah plastik putih bening yang aman jika bersentuhan langsung dengan makanan dan minuman. Pada penutup wadahnya juga terdapat imbauan agar dikonsumsi dalam dua jam sejak disajikan.
(ond/azh)


















































