Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih optimis menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% di tengah ketidakpastian global. Hal ini mengingat Indonesia memiliki industri tambang yang sangat potensial sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional meskipun dihadapkan oleh tantangan besar meliputi transisi energi, dan volatilitas harga komoditas.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, sektor pertambangan termasuk ke dalam salah satu lima lapangan usaha dengan kontribusi terbanyak ke ekonomi Indonesia. Sektor pertambangan pun terus dikembangkan oleh pemerintah. Setelah melarang ekspor mineral mentah sejak 2014 silam, pemerintah juga mewajibkan perusahaan tambang untuk melakukan hilirisasi komoditas mineral dan batu bara.
Dengan adanya program hilirisasi tersebut, sektor pengolahan minerba dapat tumbuh dan memberi kontribusi besar bagi ekonomi nasional. Investasi di sektor pertambangan dan pengolahan pun terus tumbuh dan berdampak signifikan ke ekonomi Indonesia dan daerah.
Mengacu pada data Kementerian ESDM, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor minerba mencapai Rp 269,6 triliun pada 2024. Angka ini setara 115% dari target capaian 2024 yang mencapai Rp 234,2 triliun.
Hilirisasi minerba Indonesia pun terus berlanjut. Untuk itu, Pemerintah turut mendorong hilirisasi di sektor minerba lainnya dengan mengubah batubara menjadi DME dan metanol. Baru-baru ini, pemerintah melalui satgas hilirisasi dan ketahanan energi mengumumkan akan berinvestasi pada 18 proyek hilirisasi nasional dengan nilai mencapai US$ 45 miliar atau setara Rp 730 triliun.
Salah satu bukti nyata hilirisasi sedang digaungkan di Indonesia adalah pelaksanaan peletakan batu pertama atau groundbreaking pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) terbesar di Asia pada 29 Juni 2025 oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
Proyek baterai EV ini dioperasikan oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend. Proyek ini pun memiliki total investasi keseluruhan dari hulu-hilir mencapai US$ 59 miliar atau setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$).
Dalam peresmian proyek tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyebut bahwa groundbreaking ini punya nilai sejarah dan strategis. Menurutnya, cita-cita hilirisasi sudah ada sejak dahulu, mulai dari masa Presiden RI pertama Soekarno hingga Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
"Groundbreaking ini bukti keseriusan pemimpin kita dengan kerja sama dengan mitra kita dengan kawan-kawan kita Tiongkok. Kita bisa kerja sama dengan program yang menurut saya ini bisa dikatakan kolosal, bisa dikatakan terobosan luar biasa," jelas Prabowo beberapa waktu lalu, dikutip Senin (7/7/2025).
Proyek tersebut juga menjadi komitmen pemerintah dan pelaku usaha untuk mendukung hilirisasi yang akan menghasilkan nilai ekonomis lebih tinggi dari mineral strategis di Indonesia.
Oleh sebab itu untuk lebih jauh membahas perkembangan mengenai hilirisasi komoditas minerba yang dilakukan Indonesia, CNBC Indonesia dengan bangga akan menghadirkan Mining Zone Special Dialogue bertema "Menanti Strategi Pemerintah Pasca Hilirisasi Minerba".
Forum diskusi ini nantinya akan menggali lebih dalam kesiapan sektor tambang, baik mineral maupun batu bara, dalam menjawab dinamika global seperti perang dagang, transisi energi, dan tekanan terhadap ekonomi dunia.
Tak kalah menarik, acara yang didukung oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park ini bakal menghadirkan sejumlah aktor penting di sektor energi. Di antaranya adalah Todotua Pasaribu - Wakil Menteri Investasi & Hilirisasi/ BKPM, Sugeng Suparwoto - Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Emilia Bassar - Direktur Komunikasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), dan Maroef Sjamsoeddin - Direktur Utama MIND ID.
Jadi, jangan lupa saksikan secara langsung Mining Zone Special Dialogue hanya di CNBC Indonesia Televisi dan live streaming di CNBCIndonesia.com.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]