Jakarta -
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengintensifkan respons kesehatan menyusul dampak cuaca ekstrem berupa banjir, banjir bandang, dan tanah longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat sejak akhir November 2025. Bencana tersebut mengakibatkan terganggunya pelayanan kesehatan serta terputusnya akses komunikasi di sejumlah wilayah terdampak.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pemerintah memastikan layanan kesehatan tetap berjalan meski di tengah keterbatasan infrastruktur.
"Kami bergerak cepat agar pelayanan kesehatan dasar tetap bisa diakses masyarakat, terutama di daerah yang infrastrukturnya terdampak parah," kata Budi dalam keterangan tertulis, Senin (29/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal kejadian, Kemenkes telah mengirimkan logistik kesehatan prioritas berupa obat-obatan, bahan medis habis pakai, serta oxygen concentrator. Bantuan itu untuk memenuhi kebutuhan medis darurat dan menopang operasional fasilitas kesehatan di wilayah terdampak.
Selain dukungan medis, Kemenkes menyalurkan makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil sebagai langkah pencegahan risiko masalah gizi selama masa tanggap darurat.
"Kelompok rentan seperti balita dan ibu hamil harus dilindungi sejak awal agar tidak muncul masalah kesehatan lanjutan," ujar Budi.
Pada 1 Desember 2025, Kemenkes memperkuat respons dengan mengirimkan tenaga kesehatan dan logistik tambahan ke tiga provinsi terdampak. Dukungan tersebut meliputi 103 unit oxygen concentrator, ribuan paket makanan tambahan, serta perlengkapan medis seperti masker bedah dan alat pelindung diri bagi petugas lapangan.
Kemenkes juga menyiagakan Emergency Medical Team (EMT) dari rumah sakit vertikal dan daerah untuk memperkuat layanan kegawatdaruratan di titik-titik dengan beban layanan tinggi.
"Tim EMT kami siagakan untuk memastikan penanganan kegawatdaruratan tetap optimal di lapangan," tuturnya.
Untuk mengatasi kendala komunikasi akibat rusaknya infrastruktur, Kemenkes memasang perangkat Starlink di sejumlah lokasi terdampak guna mendukung koordinasi respons kesehatan.
"Koordinasi di lapangan harus tetap berjalan, dan teknologi komunikasi darurat sangat membantu percepatan respons kesehatan," ungkap Budi.
Selama masa tanggap bencana, akses layanan kesehatan esensial dijaga melalui penguatan pos kesehatan, layanan kesehatan keliling, serta posko kesehatan di area pengungsian. Kemenkes juga memperluas cakupan imunisasi anak guna mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di tengah kondisi darurat.
Upaya promotif dan preventif turut diperkuat melalui kegiatan edukasi kesehatan oleh Direktorat Promosi Kesehatan di sejumlah kabupaten di Aceh pada 18-23 Desember 2025. Selain itu, layanan kesehatan jiwa melalui Mobile Clinic dilaksanakan di Kabupaten Bener Meriah untuk membantu pemulihan psikologis para penyintas.
Budi mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular di lokasi pengungsian. Kemenkes memastikan dukungan kesehatan akan terus diberikan hingga kondisi kembali normal dan layanan kesehatan pulih sepenuhnya.
"Kondisi pascabencana rawan memicu wabah, sehingga kewaspadaan dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat harus terus dijaga," tutupnya.
(akd/ega)
















































