Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi inti Jepang meningkat menjadi 3,7% pada bulan Mei. Hal ini terungkap dalam data resmi terbaru, Jumat (20/6/2025).
Fakta tersebut bisa menimbulkan ancaman bagi kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba. Apalagi Jepang akan memasuki pemilihan umum (pemilu) di bulan Juli.
Perlu diketahui harga beras naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun pemerintah telah melepaskan persediaan darurat biji-bijian pokok tersebut, harga belum terkendali.
Ancaman inflasi tinggi berdampak pada tingkat popularitas Partai Demokrat Liberal yang berkuasa saat ini, di bawah pimpinan Ishiba. Bulan depan, pemilu majelis tinggi parlemen akan diselenggarakan.
Secara rinci inflasi inti meningkat menjadi 3,7% di Mei dari 3,5% pada April. Ini merupakan level tertinggi dalam dua tahun terakhir, melebihi ekspektasi pasar.
Harga berbagai produk makanan naik, termasuk barang-barang yang tidak segar, tak hanya beras, tapi juga kopi hingga cokelat. Tagihan listrik naik 11,3% dan biaya gas naik 5,4%.
Sementara inflasi tahunan Jepang sendiri turun tipis menjadi 3,5% pada Mei dari 3,6%. Ini menandai level terandah sejak November.
Janjikan Bantuan Tunai
Sebenarnya, pemerintah telah menjanjikan bantuan tunai sebesar 20.000 yen (sekitar Rp 2,2 juta) untuk setiap warga negara guna membantu rumah tangga memerangi inflasi menjelang pemilihan umum bulan Juli. Dana ini akan diberikan dua kali lipatnya untuk anak-anak.
Dukungan publik ke pemerintahannya, mengutip AFP, jatuh ke level terendah sejak ia menjabat pada bulan Oktober. Menurut para pengamat sebagian disebabkan oleh lonjakan inflasi dan melonjaknya biaya beras.
Beras Langka
Kelangkaan beras di Jepang disebabkan oleh kekusutan rantai pasokan. Hal ini menyebabkan harga gabah naik 101% pada bulan Mei, dibandingkan dengan kenaikan 98% pada bulan April.
Pemerintah mulai melepaskan stok pada bulan Februari dalam upaya untuk menurunkan harga. Sebelumnya, hal ini hanya dilakukan selama bencana.
Faktor yang menjadi penyebab kekurangan beras, termasuk musim panas yang sangat panas dan kering dua tahun lalu yang merusak panen di seluruh negeri. Sejak saat itu, kata ahli beberapa pedagang menimbun beras dalam upaya untuk meningkatkan keuntungan mereka di kemudian hari.
Masalah ini diperburuk oleh aksi beli panik tahun lalu yang dipicu oleh peringatan pemerintah tentang potensi "gempa besar" yang tidak terjadi. Ke depannya, tarif AS diperkirakan akan membebani Japan Inc, dengan para ekonom memperkirakan perlambatan di masa mendatang.
Israel-Iran
Meningkatnya pertempuran antara Iran dan Israel juga menambah tekanan bagi harga energi untuk bergerak naik di Jepang. Ini menimbulkan risiko lebih lanjut bagi ekonomi.
Awal minggu ini, bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), mempertahankan suku bunganya tidak berubah dan mengatakan akan mengurangi pembelian obligasi pemerintah dengan kecepatan yang lebih lambat. Ketidakpastian perdagangan mengancam akan membebani ekonomi nomor empat dunia tersebut.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Inflasi Jepang Melonjak ke 3,6% di Desember 2024