India Nyerah Dipalak Trump, Terpaksa Beli Ini ke AS

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - India akhirnya meningkatkan impor energinya dari Amerika Serikat (AS). Negeri itu mengumumkan kesepakatan yang akan membuat Washington memasok hampir 10% dari impor gas minyak cair (LPG) New Delhi.

Senin, Menteri Perminyakan dan Gas Alam India, Hardeep Singh Puri, mengumumkan bahwa perusahaan minyak BUMN India telah menandatangani kesepakatan satu tahun untuk mengimpor sekitar 2,2 juta ton LPG per tahun dari Pantai Teluk AS. Dikatakannya dalam sebuah unggahan di X, ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah.

"Ini akan menjadi kontrak terstruktur pertama LPG AS untuk pasar India," ujarnya, dikutip CNBC International, Selasa (18/11/2025).

Total impor LPG India sekitar 20-21 juta ton per tahun. Puri mengklaim dengan 10% dari pasokan tersebut bersumber dari AS, dengan harga saat ini, berarti ada peningkatan impor sebesar US$1 miliar (sekitar Rp 16 triliun) dari AS.

Perlu diketahui, sejak Agustus, hubungan antara AS dan India menegang setelah Washington mengenakan tarif sebesar 50% atas barang-barang India. AS juga menerapkan tarif timbal balik sebesar 25% atas barang-barang India, sebagai bagian dari strategi luas untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan dan klaim mendorong industri dalam negeri.

India memang mengalami surplus perdagangan dengan AS sebesar US$ 40 miliar. Ini yang coba ditekan Presiden AS Donald Trump dan menjadi tuntutan utama pemerintahannya selama negosiasi perdagangan dengan New Delhi.

Sementara tarif 25% lain juga diberlakukan karena impor minyak Rusia ke Negeri Bollywood. Dari data yang dibagikan oleh pelacak tanker, Kpler, per 17 November, impor minyak mentah Rusia oleh India masih relatif tinggi, yaitu 1,85 juta barel per hari dibandingkan dengan 1,6 juta barel per hari pada bulan Oktober.

Trump sudah berulang kali mengingatkan India untuk memutus hubungan. Secara total per hari, India mengimpor sekitar 5 juta barel minyak mentah.

"Kami yakin langkah ini bertujuan untuk mendiversifikasi sumber LPG kami, yang saat ini terkonsentrasi di Timur Tengah, dan juga untuk mengurangi surplus perdagangan dengan AS," ujar analis ekuitas energi Nomura, Bineet Banka.

Meskipun demikian, Banka mengatakan bahwa peningkatan impor tersebut tetap "tidak seberapa". Apalagi jika dibandingkan dengan surplus perdagangan India dengan AS yang sangat besar.

Pankaj Srivastava dari Rystad Energy memperingatkan bahwa tagihan impor India diperkirakan akan meningkat.

"Dengan mencairnya hubungan AS-India, pengurangan tarif, rencana perluasan kilang pada tahun 2026/2027 beserta pabrik petrokimia, tagihan impor diperkirakan akan meningkat kecuali India meningkatkan produksi domestik secara substansial," ujar wakil presiden senior pasar komoditas itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ini 'Rahasia' Vietnam Bisa Deal Nego Tarif Dagang dengan Trump

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |