Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersiap menjalankan hilirisasi 28 komoditas. Jalannya program ini mengingat suksesnya hilirisasi nikel di Indonesia.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Todotua Pasaribu mengungkapkan, berkaca dari kesuksesan program hilirisasi khususnya pada komoditas nikel, pihaknya bersiap menjalankan hilirisasi untuk 28 komoditas lainnya.
Sebagaimana diketahui, hilirisasi nikel berhasil mengerek nilai tambah hingga 10 kali lipat menjadi US$ 30 miliar setara Rp 486,56 triliun (asumsi kurs Rp 16.218 per US$) pada tahun 2024.
"Komoditas-komoditas ini tadi 28, ini kita punya klaster mineral, punya klaster coal, kita punya klaster oil and gas, kita punya klaster agrikultur, forestry, kehutanan, ini sudah ada komoditinya, dan sekarang memang satu persatu sudah mulai kita seriuskan," ucapnya kepada CNBC Indonesia pada acara Mining Zone Special Dialogue CNBC Indonesia, Kamis (10/07/2025).
Todotua mengatakan selain hilirisasi nikel, pemerintah juga tengah mendorong hilirisasi bauksit agar bisa diolah dalam negeri menjadi produk turunannya yakni alumina hingga aluminium. Secara paralel, dilakukan pula hilirisasi komoditas tambang lainnya seperti timah dan batu bara.
"Ini kita sekarang dalam konsep menuju kepada penyempurnaan dalam konsep hilirisasi. Komoditas-komoditas lain juga yang sekarang sudah mulai kita dorong untuk masuk di hilirisasi seperti bauksit. Kalau bauksit itu biasanya bauksit kemudian jadi produk alumina, kemudian jadi produk aluminium," imbuhnya.
Selain pada sektor pertambangan, Todotua menjelaskan program hilirisasi dalam negeri juga menyasar komoditas agrikultur hingga kehutanan.
"Ini juga sudah mulai ada, dan ini yang kita lagi gejot dalam kerangka penyempurnaannya. Basis-basis ini semua balik lagi bahwa perancangan daripada roadmap hilirisasi itu berdasarkan basis volume komoditas," tandasnya.
28 Komoditas Dihilirisasi
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, berikut komposisi cadangan 28 komoditas di Indonesia terhitung dalam lingkup global:
1. Nikel (42%) no. 1 di dunia
2. Timah (16,3%) no. 2 di dunia
3. Tembaga (3%) no. 11 di dunia
4. Bauksit (4%) no. 6 di dunia
5. Besi baja (0,94%) no. 16 di dunia
6. Emas perak (emas 5%, perak 2%)
7. Batu bara no. 7 di dunia
8. Aspal buton (3,91%) no. 3 di dunia
9. Minyak bumi (0,1%) no. 5 di Asia Pasifik
10. Gas bumi (0,7%) no. 4 di Asia Pasifik
11. Sawit (58,7%) no. 1 di dunia
12. Kelapa (27%) no. 1 di dunia
13. Karet (27%) no. 2 di dunia
14. Biofuel (59%) no. 1 di dunia hanya dari sawit
15. Kayu balok (4%) no. 6 di dunia
16. Getah pinus (13%) no. 3 di dunia
17. Udang (16%) no. 3 di dunia
18. Ikan TCT (21%) no. 1 di dunia
19. Rajungan (3%) no. 2 di dunia
20. Rumput laut (28%) no. 2 di dunia
21. Potensi lahan garam potensi 47.734 hektar
22. Pasir silika (0,9%) no. 18 di dunia
23. Mangan (3,2%) no. 7 di dunia
24. Kobal (7,19%) no. 3 di dunia
25. Logam tanah jarang cadangan 227.976 ton
26. Kakao (4%) no. 7 di dunia
27. Pala (31,2%) no. 1 di dunia
28. Tilapia (22,1%) no. 1 di dunia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: RI Siapkan 35 Proyek Hilirisasi, Nilainya Capai Rp 2,015 T