IHSG Terkoreksi 2,57%, Saham Konglo Loyo-Sentimen Global Biang Kerok

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan akhir pekan, Jumat (17/10/2025), dengan tekanan yang cukup dalam.

Mengutip data Refinitiv, IHSG ditutup anjlok 2,57% ke level 7.915,65. Sekaligus menembus ke bawah level psikologis 8.000 dan mencatat posisi terendah dalam sebulan terakhir.

Penurunan tajam ini menjadi koreksi harian terbesar sejak 8 April 2025, ketika IHSG sempat runtuh 7,90% ke level 5.996,14 akibat aksi panic selling setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Saham Konglomerat Profit Taking

Salah satu pendorong utama koreksi tajam IHSG adalah aksi profit taking di saham-saham konglomerasi besar yang selama beberapa pekan terakhir justru menjadi motor penggerak pasar.

Dari Grup Prajogo Pangestu, tekanan jual terjadi pada trio saham andalan yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) anjlok 9,66% ke Rp2.150, Barito Pacific Tbk (BRPT) turun 7,12% ke Rp3.650, dan Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melemah 5,10% ke Rp9.300 per lembar.

Aksi jual juga melanda saham-saham yang terafiliasi dengan Happy Hapsoro, suami Ketua DPR RI Puan Maharani. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) merosot 9% ke Rp4.450, sementara PT Ratu Prabu Energi Tbk (RATU) anjlok lebih dalam 13,88% ke Rp7.600.

Dari Grup Bakrie, tekanan tak kalah tajam. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terkoreksi 5,88% ke Rp128, sementara PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melemah 3,30% ke Rp1.025 per saham.

Aksi jual di saham-saham konglomerasi ini bisa menjadi sinyal bahwa investor tengah mengambil keuntungan setelah reli panjang sebelumnya.

Awan Gelap dari Wall Street

Tekanan terhadap IHSG tak hanya datang dari aksi ambil untung di saham-saham domestik, tetapi juga dari sentimen global yang memburuk. Kekhawatiran pasar meningkat setelah muncul sinyal kredit macet (NPL) di sejumlah bank besar Amerika Serikat (AS), yang menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas sistem keuangan Negeri Paman Sam.

Kasus gagal bayar dan kebangkrutan sejumlah perusahaan besar mulai mengguncang kepercayaan investor global. Produsen suku cadang mobil First Brands dan jaringan dealer Tricolor Holdings menjadi contoh terbaru yang mengajukan kebangkrutan pada September lalu.

Sejumlah bank besar seperti Jefferies, UBS, hingga JPMorgan dilaporkan memiliki eksposur terhadap salah satu dari kedua perusahaan tersebut.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran efek domino di industri keuangan, di mana miliaran dolar berpotensi terseret dalam gelombang kerugian. Dua bank regional AS bahkan telah memperingatkan adanya kenaikan signifikan pada pinjaman bermasalah mereka pekan ini, menambah kepanikan di pasar saham global.

"Ketika Anda melihat seekor kecoak, kemungkinan besar ada lebih banyak lagi," kata CEO JPMorgan, Jamie Dimon, dalam konferensi pers earning call bank awal pekan ini.

Yang mengisyaratkan potensi masalah kredit yang lebih luas di sistem perbankan AS.

Kondisi ini mengingatkan pasar pada krisis keuangan 2008, ketika lonjakan gagal bayar kredit perumahan (subprime mortgage) memicu gelombang resesi global.

Teknikal IHSG: Bearsih Divergence

Secara teknikal, pergerakan IHSG mulai menunjukkan sinyal peringatan yang perlu diwaspadai. Pola bearish divergence kini terbentuk, di mana indeks sempat membentuk puncak harga yang lebih tinggi, namun indikator MACD justru bergerak menurun.

Perbedaan arah ini menandakan bahwa tekanan beli mulai melemah. Momentum penguatan tampak kehilangan tenaga, dan hal itu diperkuat oleh histogram MACD yang sudah berwarna merah, menandakan potensi pelemahan lebih lanjut.

Teknikal IHSGFoto: TradingView
Teknikal IHSG

Level support kuat di 8.000 yang kini telah tertembus membuka peluang koreksi lanjutan menuju area yang lebih rendah. IHSG saat ini telah menutup gap di kisaran 7.854-7.889, namun masih terdapat satu area gap lain yang belum tertutup di sekitar 7.726-7.743.

Sebagai catatan, gap dalam analisis teknikal merupakan celah harga antara dua candle, ketika pembukaan perdagangan hari berikutnya berada jauh di atas atau di bawah harga penutupan sebelumnya tanpa transaksi di area tersebut.

Jika tekanan jual berlanjut, IHSG berpotensi menguji support utama di level 7.550, yang juga menjadi target koreksi dari pola bearish divergence tersebut.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |