Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Kerja antara Komisi I DPR dengan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid di ruang rapat Komisi I DPR, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (8/12/2025), masih menyisakan cerita. Salah satu momen yang mengemuka di publik beberapa waktu belakangan adalah pendapat Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Gerindra Endipat Wijaya terkait donasi masyarakat untuk korban bencana di Sumatra.
"Saya cuma ingin mencoba memberikan masukan kepada Komdigi dan ingin mendukung Komdigi ke depan bagaimana Komdigi ini bisa mengamplifikasi informasi-informasi strategis yang sudah dilakukan oleh pemerintah," ujarnya.
Ia mencontohkan, langkah Kementerian Kehutanan melakukan evaluasi dan gerakan menanam pohon secara besar-besaran. Akan tetapi, informasi itu tidak pernah sampai ke masyarakat bawah.
"Sehingga selalu aja Kementerian Kehutanan itu dikuliti dan dimacam-macamin. Padahal mereka sudah melakukan banyak hal," kata Endipat.
Contoh lain, menurut dia, petugas kepolisian dari awal juga sudah melaksanakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk perbaikan hutan di Sumatra.
"Tetapi tidak pernah juga terdengar secara masif. Jadi kami mohon Ibu fokus nanti ke depan Kementerian Komdigi ini mengerti dan tahu persis isu sensitif nasional dan membantu pemerintah memberitahukan dan mengamplifikasi informasi-informasi itu sehingga enggak kalah viral dibandingkan dengan teman-teman yang sekarang ini sok paling-paling di Aceh, di Sumatra, dan lain-lain itu," ujar Endipat.
Politikus Gerindra itu lantas menyindir orang yang hanya sekali mengunjungi Aceh tapi seolah-seolah paling bekerja di Tanah Rencong. Padahal, kata Endipat, negara sudah hadir dari awal.
"Ada orang baru datang, baru bikin satu posko, ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah sudah bikin ratusan posko di sana. Jadi yang kira-kira yang seperti-seperti itu. Mohon jadi atensi dan dikembangkan sama Komdigi untuk menjadi informasi publik yang sehingga publik itu tahu kinerja pemerintah itu sudah ada dan memang sudah hebat," kata Endipat.
"Orang per orang cuma nyumbang 10 miliar, negara sudah triliun-triliunan ke Aceh itu. Yang kayak gitu-kayak gitu, mohon dijadikan perhatian sehingga ke depan tidak ada lagi informasi yang seolah-olah negara tidak hadir di mana-mana. Padahal negara sudah hadir sejak awal di dalam penanggulangan bencana," lanjutnya.
Lebih lanjut, Endipat bilang kalau Komisi I pun mendorong Angkatan Udara bertindak dalam penanganan bencana di Sumatra. Hari pertama, ada 4-5 pesawat datang ke lokasi.
"Tapi dibilang enggak pernah hadir. Nah mungkin itu karena kita kalah dalam menginformasikan. Walaupun nanti misal Pak Utut izin dibutuhkan sumber daya dalam bentuk anggaran untuk Komdigi untuk bisa mengaplikasi itu, kita izin sama-sama memperjuangkan," ujar Endipat.
"Entah gimana caranya pak, supaya nanti Komdigi bisa dibantu dalam urusan mengembangkan informasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah. Saya pikir itu saja pak, enggak bertanya karena nanti saya izin jalan, jadi enggak perlu dijawab, jangan dimasukkan," lanjutnya.
Terpisah, influencer Ferry Irwandi turut menanggapi viralnya pernyataan Endipat. Ia mengaku sama sekali tidak merasa amarah dan kesal.
"Berkat dukungan luar biasa kawan-kawan semua, yang masif sekali dan tidak berhenti, gak ada orang yang bisa merasa kesal dan marah ketika mendapatkan dukungan dan support sebesar ini. Makasih ya semua," tulis Ferry di akun Instagram resminya.
Menurut dia, Endipat sudah menghubungi secara personal dan minta maaf. Ferry juga menerima itu karena tidak ada guna memelihara konflik di situasi seperti sekarang.
"Saya juga udah sampaikan beberapa concern dan kebutuhan masyarakat di lapangan dan beliau menerima. Jadi ya sudah buat yang nanya respons saya, itu ajanya hahahaha," tulis Ferry.
"Mari beranjak kawan-kawan, dukungan teman-teman semua sangat menguatkan banyak pihak, sekali lagi terima kasih."


















































