Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang menyampaikan kekhawatiran serius ke China. Hal ini terjadi setelah jet tempur China terbang sangat dekat dengan pesawat patroli militer Jepang di Pasifik akhir pekan lalu.
Insiden tersebut menyusul penampakan dua kapal induk China yang berlayar di Pasifik bersama-sama untuk pertama kalinya, termasuk di perairan ekonomi Jepang. Tokyo mengatakan minggu ini bahwa aktivitas kapal induk tersebut menunjukkan "perluasan cakupan geografis" militer Beijing.
"Selama periode yang panjang ini, jet-jet itu terbang sangat dekat dengan P-3C, dan terbang dalam jarak 45 meter dari pesawat patroli pada ketinggian yang sama pada kedua hari itu," kata seorang juru bicara kementerian pertahanan Jepang Kamis (12/6/2025), dikutip AFP.
"Pada hari Sabtu, jet tempur J-15 China dari kapal induk Shandong mengikuti pesawat patroli P-3C Jepang selama 40 menit, kemudian pada hari Minggu dua jet J-15 melakukan hal yang sama selama 80 menit. Pada hari Minggu, jet-jet China itu melintasi wilayah udara sekitar 900 meter di depan pesawat patroli Jepang, jarak yang dapat dicapai P-3C dalam beberapa detik dengan kecepatan jelajah," jelasnya menambahkan.
"Pendekatan yang tidak normal seperti itu dapat menyebabkan tabrakan yang tidak disengaja, jadi kami telah menyampaikan kekhawatiran serius kepada pihak China dan meminta mereka untuk mencegah terulangnya hal itu."
Ia menjelaskan memang tidak ada personel militer Jepang yang terluka. Jepang sendiri telah menyampaikan pesan melalui saluran diplomatik dan antara pejabat dari kementerian pertahanan negara-negara tetangga.
Insiden serupa terakhir kali dilaporkan lebih dari satu dekade lalu pada bulan Mei dan Juni 2014. Saat itu jet tempur Su-27 China terbang dalam jarak 30 meter (100 kaki) dari pesawat militer Jepang.
Direktur program keamanan ekonomi dan inovasi kebijakan Universitas Tokyo, Daisuke Kawai, mengatakan bahwa waktu pergerakan kapal induk tersebut dapat dikaitkan dengan ketegangan ekonomi AS-China.
"Beijing memperhitungkan bahwa Amerika Serikat akan kurang bersedia atau tidak mampu menanggapi secara militer pada saat yang tepat ini, melihatnya sebagai waktu yang tepat untuk menunjukkan kemampuan militernya yang sedang berkembang," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan China, Ini 'Juara' Investasi Otomotif RI Sepanjang 2019-2024