Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pada hari ini, Kamis (13/11/2025), terpantau melemah. Melansir data Refinitiv, pada pukul 09.20 WIB, rupiah anjlok 0,24% ke level Ro16.735/US$. Ini menjadikan rupiah sebagai mata uang terlemah di antara mata uang Asia lainnya.
Department Head of Macroeconomic & Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman, menjelaskan pelemahan rupiah disebabkan oleh dolar AS yang menguat. Pasalnya, sentimen risiko global yang membaik serta penutupan sebagian pemerintahan atau government shutdown terlama dalam sejarah AS yang berakhir.
Pada saat yang sama, para investor masih ragu terhadap ruang pemotongan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve. Sementara Bank Indonesia memberikan sinyal kuat terhadap ruang pemotongan suku bunga acuan lanjutan hingga tahun depan
"Hal ini akan membuat interest rate differential mengecil dan membuat aset domestik Indonesia menjadi kurang menarik," ujar Faisal, Kamis (13/11/2025).
Selain itu Faisal menilai permintaan dolar AS juga cenderung meningkat mendekati akhir tahun. Hal ini mendorong penguatan posisi dolar.
Kendati demikian, potensi capital inflow masih dapat terjadi mendekati akhir tahun. Sejalan dengan data-data ekonomi Indonesia terkini serta outlook ke depannya yang masih cenderung terus membaik.
"Bahkan lebih baik dari sebagian besar peers sehingga ketika risk-on sentiment berlanjut, pada gilirannya akan berdampak positif juga pada aset keuangan domestik. Kami melihat nilai tukar Rupiah pada akhir tahun ditutup pada rentang Rp 16.300 - 16.500/US$," ujarnya.
Di sisi lain, Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai depresiasi Rupiah didorong oleh arus keluar uang panas di pasar pendapatan tetap Indonesia, seperti pasar obligasi pemerintah dan SRBI.
"Tampaknya investor asing tidak puas dengan imbal hasil investasi saat ini pada obligasi pemerintah Indonesia dan SRBI di tengah latar belakang fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid," ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia, Kamis (13/11/2025).
Di sisi lain, Myrdal mencatat asing mengurangi kepemilikan mereka pada obligasi pemerintah dari Rp878,09 triliun pada 31 Oktober 2025 menjadi Rp873,43 triliun pada 10 Nov2025. Asing juga mengurangi kepemilikan mereka pada SRBI Bank Indonesia dari Rp90,82 triliun pada 30 Sep-25 menjadi Rp86,79 triliun pada 31 Okt-25.
Kendati demikian, Myrdal menilai pelemahan rupiiah akan terbatas. Pasalnya defisit transaksi berjalan Indonesia, diperkirakan akan tetap di bawah 1% dari PDB tahun ini.
Selain itu, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus secara konsisten sebesar US$ 3 miliar setiap bulannya.
"Hal ini semakin diperparah oleh dampak positif dari arus masuk FDI dan arus masuk baru-baru ini di pasar ekuitas Indonesia. Untuk akhir tahun, kami perkirakan berada di Rp 16.436/US$," ujarnya.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Pagi Ini Lesu, Dolar Naik Jadi Rp 16.310


















































