Dinkes Bogor Catat 93 Kasus Kematian Bayi, Dipicu Gangguan Pernapasan-Jantung

10 hours ago 5

Bogor -

Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat 93 kasus kematian bayi di Kota Bogor sejak Januari hingga September 2025. Penyebab kematian bayi didominasi gangguan pernapasan dan jantung.

"Untuk kematian bayi di tahun 2024 tercatat 114 kasus, sedangkan hingga September 2025 tercatat 93 kasus," ujar Kepala Dinkes Kota Bogor Sri Nowo Retno dalam keterangan tertulis, Jumat (31/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri Nowo menyebutkan kematian bayi terjadi pada usia 0-28 hari. Adapun penyebab kematian bayi didominasi akibat masalah permasalahan pernapasan dan jantung.

"Sebagian besar kematian bayi terjadi pada masa neonatal, yakni 0-28 hari, dengan penyebab terbanyak adalah gangguan pernapasan dan jantung sebanyak 44 kasus, serta bayi lahir dengan berat badan rendah dan prematuritas sebanyak 18 kasus," kata Sri Nowo.

Adapun angka kematian ibu pada 2025 mencapai 6 kasus atau menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 15 kasus. Kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas sebanyak 4 kasus dan masa hamil sebanyak 2 kasus.

"Tahun 2023 berjumlah 11 kasus. Namun, hingga September 2025, angka tersebut menurun menjadi 6 kasus," kata Sri Nowo.

Sri Nowo menyebutkan penyebab kematian ibu didominasi akibat hipertensi selama masa kehamilan dan akibat komplikasi. Hal serupa juga terjadi pada tahun sebelumnya.

"Penyebab utama kematian ibu tahun 2025 yaitu hipertensi dalam kehamilan sebanyak 3 kasus, komplikasi non-obstetrik sebanyak 2 kasus dan perdarahan obstetrik sebanyak 1 kasus," kata Sri.

"Sementara pada tahun 2024, penyebab kematian ibu didominasi oleh komplikasi non-obstetrik sebanyak 40 persen, perdarahan non-obstetrik sebanyak 33 persen, dan hipertensi sebanyak 20 persen," lanjutnya.

Sri Nowo menjelaskan angka kematian ibu adalah jumlah kematian perempuan yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan atau dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. Kematian ibu disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan dan penanganannya.

"Sementara itu, angka kematian bayi menunjukkan jumlah kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup dalam periode tertentu," kata Sri.

"Seluruh kasus kematian ibu pada dua tahun terakhir terjadi di rumah sakit, menunjukkan sistem rujukan sudah berjalan baik meskipun masih perlu peningkatan deteksi dini dan penanganan cepat pada ibu hamil berisiko tinggi," imbuhnya.

(sol/idn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |